tag:blogger.com,1999:blog-87465896486383568452024-02-08T05:01:43.383-08:00budaya indonesiavindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.comBlogger21125tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-53871218204118849352011-05-13T21:42:00.000-07:002011-05-13T21:42:48.128-07:00Data Klaim Negara Lain Atas Budaya IndonesiaBerikut ini adalah daftar artefak budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan, diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, oknum warga negara asing, ataupun negara lain: <br />
<br />
<ol><li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Batik_dari_Jawa_oleh_Adidas" style="color: blue;">Batik dari Jawa oleh Adidas </a><br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Naskah_Kuno_dari_Riau_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia">Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Naskah_Kuno_dari_Sumatera_Barat_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia">Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Naskah_Kuno_dari_Sulawesi_Selatan_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia">Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Naskah_Kuno_dari_Sulawesi_Tenggara_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia">Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Rendang_dari_Sumatera_Barat_oleh_Oknum_WN_Malaysia" title="Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia">Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Sambal_Bajak_dari_Jawa_Tengah_oleh_Oknum_WN_Belanda" title="Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda">Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Sambal_Petai_dari_Riau_oleh_Oknum_WN_Belanda" title="Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda">Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Sambal_Nanas_dari_Riau_oleh_Oknum_WN_Belanda" title="Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda">Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Tempe_dari_Jawa_oleh_Beberapa_Perusahaan_Asing" title="Tempe dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asing">Tempe dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asing</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Lagu_Rasa_Sayang_Sayange_dari_Maluku_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia">Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Tari_Reog_Ponorogo_dari_Jawa_Timur_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia">Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Lagu_Soleram_dari_Riau_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia">Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Lagu_Injit-injit_Semut_dari_Jambi_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia">Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Alat_Musik_Gamelan_dari_Jawa_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia">Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Tari_Kuda_Lumping_dari_Jawa_Timur_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia">Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Tari_Piring_dari_Sumatera_Barat_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia">Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Lagu_Kakak_Tua_dari_Maluku_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia">Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Lagu_Anak_Kambing_Saya_dari_Nusa_Tenggara_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia">Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Kursi_Taman_Dengan_Ornamen_Ukir_Khas_Jepara_dari_Jawa_Tengah_oleh_Oknum_WN_Perancis" title="Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Perancis">Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Perancis</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Pigura_Dengan_Ornamen_Ukir_Khas_Jepara_dari_Jawa_Tengah_oleh_Oknum_WN_Inggris" title="Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Inggris">Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Inggris</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Motif_Batik_Parang_dari_Yogyakarta_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia">Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia</a> </li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Desain_Kerajinan_Perak_Desak_Suwarti_dari_Bali_oleh_Oknum_WN_Amerika" title="Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN Amerika">Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN Amerika</a> </li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Produk_Berbahan_Rempah-rempah_dan_Tanaman_Obat_Asli_Indonesia_oleh_Shiseido_Co_Ltd" title="Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd">Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd</a> </li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Badik_Tumbuk_Lada_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia">Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Kopi_Gayo_dari_Aceh_oleh_perusahaan_multinasional_%28MNC%29_Belanda" title="Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda">Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Kopi_Toraja_dari_Sulawesi_Selatan_oleh_perusahaan_Jepang" title="Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang">Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Musik_Indang_Sungai_Garinggiang_dari_Sumatera_Barat_oleh_Malaysia" title="Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia">Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Kain_Ulos_oleh_Malaysia" title="Kain Ulos oleh Malaysia">Kain Ulos oleh Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Alat_Musik_Angklung_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia">Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Lagu_Jali-Jali_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia">Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia</a> <br />
</li>
<li> <a href="http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Tari_Pendet_dari_Bali_oleh_Pemerintah_Malaysia" title="Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia">Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia</a> </li>
</ol>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-19446952173957126662011-03-25T21:42:00.000-07:002011-03-25T21:42:58.889-07:00KEBUDAYAAN PAPUA DI INDONESIA<h2 style="color: #4c1130;">Kebudayaan di Papua</h2> Papua adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak dibagian tengah pulau Papua atau bagian paling timur <em>West New Guinea</em> (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea. <br />
<div style="text-align: justify;">Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah papua bagian barat, sehingga sering disebut sebagai Papua Barat terutama oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), para Nasionalis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (<em>Nederlands New Guinea atau Dutch New Guinea)</em>. Setelah berada dibawah penguasaan Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.</div><div style="text-align: justify;">Nama provinsi ini diganti menjadi Papua sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus Papua. Pada tahun 2004, disertai oleh berbagai protes, papua dibagi menjadi 2 provinsi oleh pemerintah Indonesia : Bagian timur tetap memakai nama Papua, sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (Setahun kemudian menjadi Papua Barat). bagian timur inilah yang menjadi wilayah provinsi Papua pada saat ini. Kata Papua sendiri berasal dari bahasa Melayu yang berarti rambut keriting, sebagian gambaran yang memacu pada penampilan fisik suku-suku asli.</div><div style="text-align: justify;"><img alt="" class="aligncenter" height="420" src="http://cache.virtualtourist.com/2931312-Travel_Picture-Papua_New_Guinea.jpg" width="560" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><h2 style="color: #4c1130;">1. Budaya Tari-Tarian</h2><div style="text-align: justify;">Masyarakat pantai memiliki berbagai macam budaya tari-tarian yang biasa mereka sebut dengan Yosim Pancar (YOSPAN), yang didalamnya terdapat berbagai macam bentuk gerak seperti: (tari Gale-gale, tari Balada, tari Cendrawasih, tari Pacul Tiga, tari Seka, Tari Sajojo). Tarian yang biasa dibawakan oleh masyarakat pantai maupun masyarakat pegunungan pada intinya dimainkan atau diperankan dalam berbagai kesmpatan yang sama seperti: dalam penyambutan tamu terhormat, dalam penyambutan para turis asing dan yang paling sering dimainkan adalah dalam upacara adat. khususnya tarian panah biasanya dimainkan atau dibawakan oleh masyarakat pegunungan dalam acara pesta bakar batu atau yang biasa disebut dengan barapen oleh masyarakat pantai. tarian ini dibawakan oleh para pemuda yang gagah perkasa dan berani.</div><div style="text-align: justify;">dengan budaya tarian Yospan maupun budaya tarian Panah yang unik, kaya dan indah tersebut para orangtua sejak dahulu berharap budaya yang telah mereka wariskan kepada generasi berikut tidak luntur, tidak tenggelam dan tidak terkubur oleh berbagai perkembangan zaman yang kian hari kian bertambah maju. para pendahulu yaitu para orangtua berharap juga budaya tarian-tarian yang telah mereka ciptakan dengan berbagai gelombang kesulitan, kesusahan dan keresahan tidak secepat dilupakan oleh generasi berikutnya. mereka juga berharap dengan tidak adanya budaya Papua yang kaya tersebut semakin maju, semakin dikenal baik oleh orang dikalangan dalam negeri sendiri maupun dikenal dikalangan luar negeri dan juga semakin berkembang kearah yang lebih baik yang intinya dapat tetap mengangkat derajat, martabat, dan harkat orang Papua.</div><div style="text-align: justify;"> </div><h3>2. Budaya Perkawinan</h3><div style="text-align: justify;">Perkawinan merupakan kebutuhan yang paling mendesak bagi semua orang. dengan demikian masyarakat Papua baik yang di daerah pantai maupun daerah pegunungan menetapkan peraturan itu dalam peraturan adat yang intinya agar masyarakat tidak melanggar dan tidak terjadi berbagai keributan yang tidak diinginkan. dalam pertukaran perkawinan yang di tetapkan orangtua dari pihak laki-laki berhak membayar mas kawin seebagai tanda pembelian terhadap perempuan atau wanita tersebut. adapun untuk masyarakat pantai berbagai macam mas kawin yang harus dibayar seperti: membayar piring gantung atau piring belah, gelang, kain timur (khusus untuk orang di daerah Selatan Papua) dan masih banyak lagi. berbeda dengan permintaan yang diminta oleh masyarakat pegunungan diantaranya seperti: kulit bia (sejenis uang yang telah beredar di masyarakat pegunugan sejak beberapa abad lalu), babi peliharaan, dan lain sebagainya. dalam pembayaran mas kawin akan terjadi kata sepakat apabila orangtua dari pihak laki-laki memenuhi seluruh permintaan yang diminta oleh orangtua daripada pihak perempuan.</div>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-52006751852912838512011-03-18T22:26:00.000-07:002011-03-18T22:26:28.386-07:00Sosial Budaya Provinsi Kalimantan Selatan<div style="color: purple;">Penduduk asli Kalimantan Selatan umumnya suku bangsa Banjar yang intinya terdiri dari sub suku, yaitu Maayan, Lawangan dan Bukiat yang mengalami percampuran dengan suku bangsa Melayu, Jawa dan Bugis. Identitas utama yang terlihat adalah bahasa Banjar sebagai media umum. Penduduk pendatang seperti Jawa, Melayu, Madura, dan Bugis sudah lama datang ke Kalimantan Selatan. Suku bangsa Melayu datang sejak zaman Sriwijaya atau sebagai pedagang yang menetap, suku bangsa Jawa datang pada periode Majapahit bahkan sebelumnya, dan orang Bugis datang mendirikan kerajaan Pegatan di masa lalu.<br />
<br />
<br />
Suku-suku Maayan, Lawangan, Bukit, dan Ngaju dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Jawa, dipersatukan oleh kerajaan yang beragama Buddha, Hindu dan terakhir Islam, dari kerajaan Banjar, sehingga menumbuhkan suku bangsa Banjar yang berbahasa Banjar. Kerajaan banjar pada abad ke-16 dan 17 sudah mengadakan hubungan dengan kesultanan Demak dan Mataram. Kerajaan inipun tidak luput incaran bangsa asing seperti Belanda dan Inggris yang silih berganti mendatangi pelabuhan Banjar.<br />
<br />
Ketika terjadi perlawanan terhadap Belanda pada abad ke 29, tampil pemimpin-pemimpin seperti Sultan Hidayat dan Pangeran Antasari menghadapi Belanda.<br />
<br />
Masyarakat adat Kalimantan Selatan terutama suku Banjar mengenal berbagai upacara adat yang berkenaan dengan kehidupan manusia. Sejak masih dalam kandungan hingga saat kematian. Misalnya adanya adat berpantang bagi wanita hamil, upacara Bapalas bidan, yakni ketika bayi yang dilahirkan berumur 40 hari dan sekaligus memberikan nama, upacara perkawianan terdiri dari beberapa tahap, sejaka Babasasuluh yaitu mencari data-data tentang calon istri, Badatang yakni melamar, Bantar Patalian yaitu acara penyerahan seperangkat barang atau mas kawin, Qur’an dan puncak upacara adalah pengantin Batatai atau bersanding. Terakhir adalah upacara Pemakanan Pengantin yaitu kedua mempelai menjalani bulan madu, selama 7 hari 7 malam hanya makan dan minum di balik tabir tertutup.<br />
<br />
Pada masyarakat Banjar berkembang seni sastra dan seni suara yang indah, yang semula dari pergaulan sehari-hari di anatara mereka saling sindir menyindir kadang-kadang dengan bahasa syair dan pantun-pantun dan ada kalanya bersifat humor di antara muda-mudinya. Sindir menyindir ini lama kelamaan berkembang menjadi seni sastra yang indah hingga kini misalnya pepatah-pepatah.<br />
<br />
Di dalam seni rupa, suku Banjar mengenal sulaman-sulaman yang indah yang biasanya sebagai pelengkap peralatan upacara seni ukir, terdapat pada ukiran kayu pada bangunan rumah atau mesjid, juga pada kerajinan barang-barang dari Kuningan seperti tempat sirih, peludahan, bokor, kapit, abun dan sebagainya. Anyaman dari pandan ataupun rotan umumnya di kerjakan oleh wanita untuk mengisi waktu senggang berkembang pula di daerah lain.<br />
<br />
Untuk seni bangunan terutama bangunan rumah, masyarakat suku Banjar sudah memiliki arsitektur yang cukup tinggi nilainya. Rumah-rumah tradisional berupa rumah panggung dengan atap yang menjulang tinggi. Dar samping bila di lihat seperti piramide. Ruamh-rumah panggung tersebut berbeda satu sama lainnya karenanya, dapat diketahui status sosial pemiliknya. Dahulu rumah-rumah tersebut dibedakan dalam beberapa golongan atas, seperti bangsawan, ulama, pedagang mempunyai rumah bubungan tinggi yang disebut gajah baliku, palimasan palimbangan, gajak manyusu, rumah balai laki, dan rumah balai bini. Sedangkan bagi kebanyakan rumah adalah rumah cacak burung, rumah tadah alas, rumah gudang atau pondok biasa. Rumah bagi orang biasa umumnya berbentuk segi empat silang atau segi empat memanjang.</div>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-84173399713003307572011-03-18T22:16:00.000-07:002011-03-18T22:16:38.788-07:00Budaya Jawa<div style="color: purple;">Kebudayaan Jawa kuwe ngutamaken keseimbangan, keselarasan karo keserasian, dadi kabeh unsur (urip karo mati, alam karo makhluk urip) kudu harmonis, saling berdampingan, intine kabeh kudu cocog.</div><div style="color: purple;">Apa-apa sing marakna ora cocog kudu dihindari, angger ana sing bisa ngganggu keseimbangan kuwe kudu cepet digenahna ben kabeh mbalik harmoni maning, mbalik cocog maning.</div><div style="color: purple;">Umum sing cokan ngganggu keseimbangan kuwe yakuwe polah menungsane, mbuh polah <a href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Menungsa">menungsa</a> karo menungsa utawa menungsa karo alam. Angger polah menungsa karo alam, sing nggenahna maning umume dipimpin utawa dadi tanggungjawab pimpinan masyarakat.</div><div style="color: purple;">Sing angel nang kebudayaan Jawa yakuwe angger keseimbangan kuwe diganggu polah menungsa karo menungsa sing umum nimbulaken konflik (harmoni keganggu). Sing jenenge ora cocog utawa ora seneng tuli umum ning merga arep ngindari konflik, umume rasa ora cocog kuwe dipendem.</div><h2 style="color: purple;"><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Kelas_Sosial">Kelas Sosial</span></h2><div style="color: purple;">Nang masyarakat <a href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Jawa">Jawa</a> umume ana golongan-golongan sosiale, misal: golongan <a href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Priyayi">Priyayi</a> karo rakyat biasa. Ana maning golongan <a href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Santri">Santri</a> karo golongan <a class="new" href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Abangan&action=edit&redlink=1" title="Abangan (kaca durung ana)">Abangan</a>. Kuwe juga keton sekang basa. Nang basa Jawa ana kelas utawa tingkatan-tingkatan sing bisa nggambaraken status sosial penuture.</div><h2 style="color: purple;"><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Tingkatan_Sosial_Basa_Jawa">Tingkatan Sosial <a href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Basa_Jawa">Basa Jawa</a></span></h2><ol style="color: purple;"><li><a href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Ngoko">Ngoko</a></li>
<li><a class="new" href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Ngoko_andhap&action=edit&redlink=1" title="Ngoko andhap (kaca durung ana)">Ngoko andhap</a></li>
<li><a class="new" href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Madhya&action=edit&redlink=1" title="Madhya (kaca durung ana)">Madhya</a></li>
<li><a class="new" href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Madhyantara&action=edit&redlink=1" title="Madhyantara (kaca durung ana)">Madhyantara</a></li>
<li><a href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Kromo">Kromo</a></li>
<li><a href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Kromo_Inggil">Kromo Inggil</a></li>
<li><a href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Bagongan">Bagongan</a></li>
<li><a class="new" href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Kedhaton&action=edit&redlink=1" title="Kedhaton (kaca durung ana)">Kedhaton</a></li>
</ol><div style="color: purple;">Loro sing terakhir mung dituturaken nang lingkungan keluarga <a class="new" href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Kraton&action=edit&redlink=1" title="Kraton (kaca durung ana)">Kraton</a>.</div><h2 style="color: purple;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Kejawen">Kejawen</span></h2><div style="color: purple;"><a href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Kejawen">Kejawen</a> yakuwe kepercayaan sing urip nang <a href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawa">suku Jawa</a>. Kejawen kiye dasare sekang kepercayaan <a class="new" href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Animisme&action=edit&redlink=1" title="Animisme (kaca durung ana)">Animisme</a> sing dipengaruih ajaran <a href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Hindu">Hindu</a> karo <a class="mw-redirect" href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Budha" title="Budha">Budha</a>. Mulane <a href="http://map-bms.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawa">suku Jawa</a> umum dianggep sebagai <a class="new" href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku&action=edit&redlink=1" title="Suku (kaca durung ana)">suku</a> sing duwe kemampuan nglakoni <a class="new" href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Sinkretisme&action=edit&redlink=1" title="Sinkretisme (kaca durung ana)">sinkretisme</a> kepercayaan, kabeh budaya liye diserap lan ditafsiraken miturut nilai-nilai Jawa.</div>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-34659301508561548722011-03-11T21:07:00.000-08:002011-03-11T21:07:29.371-08:00Agama, Adat, dan Budaya<span class="submitted" style="color: #8e7cc3;"></span> <div style="color: #8e7cc3;"><span> Di Bali dikenal satu bait sastra yang intinya digunakan sebagai slogan lambang negara Indonesia, yaitu: Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Manggrua, yang bermakna 'Kendati berbeda namun tetap satu jua, tiada duanya (Tuhan - Kebenaran) itu'. Bisa dipahami jika masyarakat Bali dapat hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain seperti Islam, Kristen, Budha, dan lainnya. Pandangan ini merupakan bantahan terhadap penilaian sementara orang bahwa Agama Hindu memuja banyak Tuhan. Kendati masyarakat Hindu di Bali menyebut Tuhan dengan berbagai nama namun yang dituju tetaplah satu, Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.</span></div><div style="color: #8e7cc3;"><span>Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa, yang disebut Tri Murti, kendati terpilah tiga, namun terkait satu jua sebagai proses lahir-hidup-mati atau utpeti-stiti-pralina. Dewata Nawa Sanga sebagai sembilan Dewata yang menempati delapan arah mata angin dan satu di tengah kendati terpilah sembilan lalu menjadi sebelas tatkala terpadu dengan lapis ruang ke arah vertikal bawah-atas-tengah atau bhur-bwah-swah, adalah satu jua sebagai kekuatan Tuhan dalam menjaga keseimbangan alam semesta. Demikian pula halnya dengan nama dan sebutan lain yang dimaksudkan secara khusus memberikan gelar atas ke-Mahakuasa-an Tuhan.</span></div><div style="color: #8e7cc3;"><span>Keyakinan umat Hindu terhadap keberadaan Tuhan/Hyang Widhi yang Wyapi Wyapaka atau ada di mana-mana juga di dalam diri sendiri - merupakan tuntunan yang selalu mengingatkan keterkaitan antara karma atau perbuatan dan pahala atau akibat, yang menuntun prilaku manusia ke arah Tri Kaya Parisudha sebagai terpadunya manacika, wacika, dan kayika atau penyatuan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik.</span></div><div style="color: #8e7cc3;"><span>Umat Hindu percaya bahwa alam semesta beserta segala isinya adalah ciptaan Tuhan sekaligus menjadi karunia Tuhan kepada umat manusia untuk dimanfaatkan guna kelangsungan hidup mereka. Karena itu tuntunan sastra Agama Hindu mengajarkan agar alam semesta senantiasa dijaga kelestarian dan keharmonisannya yang dalam pemahamannya diterjemahkan dalam filosofi Tri Hita Karana sebagai tiga jalan menuju kesempurnaan hidup, yaitu:<br />
Hubungan manusia dengan Tuhan; sebagai atma atau jiwa dituangkan dalam bentuk ajaran agama yang menata pola komunikasi spiritual lewat berbagai upacara persembahan kepada Tuhan. Karena itu dalam satu komunitas masyarakat Bali yang disebut Desa Adat dapat dipastikan terdapat sarana Parhyangan atau Pura, disebut sebagai Kahyangan Tiga, sebagai media dalam mewujudkan hubungan manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi. Hubungan manusia dengan alam lingkungannya; sebagai angga atau badan tergambar jelas pada tatanan wilayah hunian dan wilayah pendukungnya (pertanian) yang dalam satu wilayah Desa Adat disebut sebagai Desa Pakraman.<br />
Hubungan manusia dengan sesama manusia; sebagai khaya atau tenaga yang dalam satu wilayah Desa Adat disebut sebagai Krama Desa atau warga masyarakat, adalah tenaga penggerak untuk memadukan atma dan angga.</span></div><div style="color: #8e7cc3;"><span>Pelaksanaan berbagai bentuk upcara persembahan dan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa oleh umat Hindu disebut Yadnya atau pengorbanan/korban suci dalam berbagai bentuk atas dasar nurani yang tulus. Pelaksanaan Yadnya ini pada hakekatnya tidak terlepas dari Tri Hita Karana dengan unsur-unsur Tuhan, alam semesta, dan manusia.</span></div><div style="color: #8e7cc3;"><span>Didukung dengan berbagai filosofi agama sebagai titik tolak ajaran tentang ke-Mahakuasa-an Tuhan, ajaran Agama Hindu menggariskan pelaksanaan Yadnya dalam lima bagian yang disebut Panca Yadnya, yang diurai menjadi:</span></div><div style="color: #8e7cc3;"><span> 1. Dewa Yadnya<br />
Persembahan dan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Upacara Dewa Yadnya ini umumnya dilaksanakan di berbagai Pura, Sanggah, dan Pamerajan (tempat suci keluarga) sesuai dengan tingkatannya. Upacara Dewa Yadnya ini lazim disebut sebagai piodalan, aci, atau pujawali.<br />
2. Pitra Yadnya<br />
Penghormatan kepada leluhur, orang tua dan keluarga yang telah meninggal, yang melahirkan, memelihara, dan memberi warna dalam satu lingkungan kehidupan berkeluarga. Masyarakat Hindu di Bali meyakini bahwa roh leluhur, orang tua dan keluarga yang telah meninggal, sesuai dengan karma yang dibangun semasa hidup, akan menuju penyatuan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Keluarga yang masih hiduplah sepatutnya melaksanakan berbagai upacara agar proses dan tahap penyatuan tersebut berlangsung dengan baik.<br />
3. Rsi Yadnya<br />
Persembahan dan penghormatan kepada para bijak, pendeta, dan cerdik pandai, yang telah menetapkan berbagai dasar ajaran Agama Hindu dan tatanan budi pekerti dalam bertingkah laku.<br />
4. Manusia Yadnya<br />
Suatu proses untuk memelihara, menghormati, dan menghargai diri sendiri beserta keluarga inti (suami, istri, anak). Dalam perjalanan seorang manusia Bali, terhadapnya dilakukan berbagai prosesi sejak berada dalam kandungan, lahir, tumbuh dewasa, menikah, beranak cucu, hingga kematian menjelang. Upacara magedong-gedongan, otonan, menek kelih, pawiwahan, hingga ngaben, adalah wujud upacara Hindu di Bali yang termasuk dalam tingkatan Manusa Yadnya.<br />
5. Bhuta yadnya<br />
Prosesi persembahan dan pemeliharaan spiritual terhadap kekuatan dan sumber daya alam semesta. Agama Hindu menggariskan bahwa manusia dan alam semesta dibentuk dari unsur-unsur yang sama, yaitu disebut Panca Maha Bhuta, terdiri dari Akasa (ruang hampa), Bayu (udara), Teja (panas), Apah (zat cair), dan Pertiwi (zat padat). Karena manusia memiliki kemampuan berpikir (idep) maka manusialah yang wajib memelihara alam semesta termasuk mahluk hidup lainnya (binatang dan tumbuhan).</span></div><span style="color: #8e7cc3;">Panca Maha Bhuta, yang memiliki kekuatan amat besar, jika tidak dikendalikan dan tidak dipelihara akan menimbulkan bencana terhadap kelangsungan hidup alam semesta. Perhatian terhadap kelestarian alam inilah yang membuat upacara Bhuta Yadnya sering dilakukan oleh umat Hindu baik secara insidentil maupun secara berkala. Bhuta Yadnya memiliki tingkatan mulai dari upacara masegeh berupa upacara kecil dilakukan setiap hari hingga upacara caru dan tawur agung yang dilakukan secara berkala pada hitungan wuku (satu minggu), sasih (satu bulan), sampai pada hitungan ratusan tahun</span>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-50625447238391866892011-03-11T20:56:00.000-08:002011-03-11T20:56:27.717-08:00Sumatera Utara Yang Kaya dengan Adat Budaya dan Keindahan Alam<span id="ctl00_ContentPlaceHolder1_lblNews"> <span style="color: #a64d79;">Sumatera Utara adalah daerah yang pantas untuk diperhitungkan sebagai tujuan wisata, mulai dari wisata alam yang memiliki panorama yang indah, wisata kuliner sampai dengan wisata sejarah yang memiliki berbagai situs yang tersebar diwilayah Sumatera Utara. Di Sumatera Utara kaya dengan berbagai adat budaya atau etnis yang beragam antara lain : Etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Batak Angkola, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, Etnis Sibolga Pesisir, dan etnis pendatang.</span><br />
<div style="color: #a64d79;">Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumater Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap daerah sumatera utara.</div><div style="color: #a64d79;">Kekayaan budaya yang dimiliki berbagai etnis yaitu :</div><div style="color: #a64d79;"><strong>Batak Toba</strong> dengan Tarian Tortor, Wisata danau toba, wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi dan kuliner. <strong>Batak Karo </strong>yang terkenal dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah, penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah menembus pasar global dan juga memiliki adat budaya yang masih tradisional. <strong>Etnis Melayu</strong> yang terkenal dengan berbagai peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan peninggalan rumah melayu juga masjid yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. <strong>Batak Angkola</strong> yang terkenal dengan kultur budaya yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat dan merupakan penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah dapat menembus pasar global. <strong>Batak Pakpak Dairi</strong> yang dikenal dengan peninggalan sejarah megalitik berupa mejan dan patung ulubalang dan tentunya juga memiliki adat istiadat dan tari daerah juga alat musik yang khusus. <strong></strong></div><div style="color: #a64d79;"><strong><strong>Etnis Simalungun</strong> memiliki peninggalan sejarah berupa Rumah Bolon atau yang dikenal dengan Museum Lingga/Rumah Bolon yang pada tempat itu masih terdapat berbagai peninggalan sejarah dan etnis Simalungun juga memiliki adat istiadat dan budaya yang tersendiri. <strong>Etnis NIAS</strong> memiliki daerah yang kaya dengan wisata alam yang sangat menakjubkan yang telah memiliki nilai jual hingga ke mancanegara, daerah ini juga memiliki kekayaan situs megalitik dan daerah ini masih tergolong daerah yang orisinal yang belum terlindas dengan kemajuan zaman karena didaerah ini masih banyak peninggalan megalitik seperti kampung batu, nilai budaya yang tradisional dan banyak lagi yang sangat bernilai tinggi, dan menurut cerita masyarakat setempat, daerah tersebut sudah direncanakan untuk dijadikan salah satu zona situs megalitik yang dilindungi dunia. <strong>Etnis Sibolga Pesisir</strong> ini juga memiliki berbagai budaya dan adat istiadat yang khusus yang juga memiliki nilai sejarah yang sangat berharga.</strong></div><div style="color: #a64d79;"><strong>Dari semua etnis tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya dan etnis juga sejarah yang patut untuk diperhitungkan dan dijaga kelestariannya demi mengangkat martabat bangsa Indonesia di bidang Kebudayaan dan Pariwisata.</strong></div></span>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-15717383119802841732011-03-10T04:49:00.001-08:002011-03-10T04:49:45.022-08:00Kebudayaan SundaIstilah Sunda kemungkinan berasal dari bahasa Sansekerta yakni sund atau suddha yang berarti bersinar, terang, atau putih. Dalam bahasa Jawa kuno (Kawi) dan bahasa Bali dikenal juga istilah Sunda dalam pengertian yang sama yakni bersih, suci, murni, tak bercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada.<br />
<br />
Menurut R.W. van Bemmelen seperti dikutip Edi S. Ekadjati, istilah Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut wilayah India Timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai Sahul. Dataran Sunda dikelilingi oleh sistem Gunung Sunda yang melingkar (Circum-Sunda Mountain System) yang panjangnya sekira 7.000 km. Dataran Sunda itu terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian Utara.yang meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Fasifik bagian Barat serta bagian Selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India).<br />
<br />
Dengan demikian, bagian Selatan dataran Sunda itu dibentuk oleh kawasan mulai Pulau Banda di timur, terus ke arah barat melalui pulau-pulau di kepulauan Sunda Kecil (the lesser Sunda island), Jawa, Sumatra, Kepulauan Andaman, dan Nikobar sampai Arakan Yoma di Birma. Selanjutnya, dataran ini bersambung dengan kawasan Sistem Gunung Himalaya di Barat dan dataran Sahul di Timur.<br />
<br />
Dalam buku-buku ilmu bumi dikenal pula istilah Sunda Besar dan Sunda Kecil. Sunda Besar adalah himpunan pulau yang berukuran besar, yaitu Sumatra, Jawa, Madura, dan Kalimantan, sedangkan Sunda Kecil adalah pulau-pulau yang berukuran kecil yang kini termasuk kedalam Provinsi Bali, Nusa Tenggara, dan Timor.<br />
<br />
Dalam perkembangannya, istilah Sunda digunakan juga dalam konotasi manusia atau sekelompok manusia, yaitu dengan sebutan urang Sunda (orang Sunda). Di dalam definisi tersebut tercakup kriteria berdasarkan keturunan (hubungan darah) dan berdasarkan sosial budaya sekaligus. Menurut kriteria pertama, seseorang bisa disebut orang Sunda, jika orang tuanya, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu ataupun keduanya, orang Sunda, di mana pun ia atau mereka berada dan dibesarkan.<br />
<br />
Menurut kriteria kedua, orang Sunda adalah orang yang dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya Sunda dan dalam hidupnya menghayati serta mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai budaya Sunda. Dalam hal ini tempat tinggal, kehidupan sosial budaya dan sikap orangnya yang dianggap penting. Bisa saja seseorang yang orang tuanya atau leluhurnya orang Sunda, menjadi bukan orang Sunda karena ia atau mereka tidak mengenal, menghayati, dan mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai sosial budaya Sunda dalam hidupnya.<br />
<br />
Dalam konteks ini, istilah Sunda, juga dikaitkan secara erat dengan pengertian kebudayaan. Bahwa ada yang dinamakan Kebudayaan Sunda, yaitu kebudayaan yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomosili di Tanah Sunda. Dalam tata kehidupan sosial budaya Indonesia digolongkan ke dalam kebudayaan daerah. Di samping memiliki persamaan-persamaan dengan kebudayaan daerah lain di Indonesia, kebudayaan Sunda memiliki ciri-ciri khas tersendiri yang membedakannya dari kebudayaan-kebudayaan lain.<br />
<br />
Secara umum, masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda, sering dikenal dengan masyarakat yang memiliki budaya religius. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo "silih asih, silih asah, dan silih asuh" (saling mengasihi, saling mempertajam diri, dan saling memelihara dan melindungi). Di samping itu, Sunda juga memiliki sejumlah budaya lain yang khas seperti kesopanan (handap asor), rendah hati terhadap sesama; penghormatan kepada orang tua atau kepada orang yang lebih tua, serta menyayangi orang yang lebih kecil (hormat ka nu luhur, nyaah ka nu leutik); membantu orang lain yang membutuhkan dan yang dalam kesusahan (nulung ka nu butuh nalang ka nu susah), dsb.<br />
<br />
Strategi budaya<br />
<br />
"Silih asih, silih asah, dan silih asuh" (saling mengasihi, saling mempertajam diri, dan saling memelihara dan melindungi), merupakan pameo budaya yang menunjukkan karakter yang khas dari budaya religius Sunda sebagai konsekuensi dari pandangan hidup keagamaannya.<br />
<br />
Saling asih adalah wujud komunikasi dan interaksi religius-sosial yang menekankan sapaan cinta kasih Tuhan dan merespons cinta kasih Tuhan tersebut melalui cinta kasih kepada sesama manusia. Dengan ungkapan lain, saling asih merupakan kualitas interaksi yang memegang teguh nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan. Semangat.ketuhanan dan kemanusiaan inilah yang kemudian melahirkan moralitas egaliter (persamaan) dalam masyarakat. Dalam tradisi masyarakat saling asih, manusia saling menghormati, tidak ada manusia yang dipandang superior maupun inperior sebab menentang semangat ketuhanan dan semangat kemanusiaan. Mendudukan manusia pada kedudukan superior atau inperior merupakan praktek dari syirik sosial. Ketika ada manusia yang dianggap superior (tinggi), berarti mendudukkan manusia sejajar dengan Tuhan dan jika mendudukan manusia pada kedudukan yang inperior (rendah), berarti mengangkat dirinya sejajar dengan Tuhan. Dalam masyarakat saling asih manusia<br />
didudukkan secara sejajar (egaliter) satu sama lainnya. Prisip egaliter ini kemudian melahirkan etos musyawarah, ta'awun (kerjasama) dan sikap untuk senantiasa bertindak<br />
adil. Etos dan moralitas inilah yang menjadikan masyarakat teratur, dinamis dan harmonis.<br />
<br />
Tradisi (budaya) saling asih sangat berperan dalam menyegarkan kembali manusia dari keterasingan dirinya dalam masyarakat sehingga citra dirinya terangkat dan menemukan ketenangan. Ini merupakan sumber keteraturan, kedinamisan, dan keharmonisan masyarakat sebab manusia yang terasing dari masyarakatnya cenderung mengalami kegelisahan yang sering diikuti dengan kebingungan, penderitaan, dan ketegangan etis serta mendesak manusia untuk melakukan pelanggaran hak dan tanggung jawab sosial.<br />
<br />
Selain itu, dalam masyarakat religius kepentingan kolektif maupun pribadi mendapat perhatian serius melalui saling kontrol, tegur sapa dan saling menasihati. Hal ini dikembangkan dalam budaya atau tradisi saling asuh. Budaya saling asuh inilah yang kemudian memperkuat ikatan emosional yang telah dikembangkan dalam tradisi saling asih pada masyarakat religius. Oleh karena itu, dalam masyarakat religius seperti ini jarang terjadi konflik dan kericuhan, tetapi ketika ada kelompok lain yang mencoba mengusik ketenangannya, maka mereka bangkit melawan secara serempak (simultan).<br />
<br />
Budaya silih asuh inilah yang merupakan manisfestasi akhlak Tuhan yang maha pembimbing dan maha menjaga, kemudian dilembagakan dalam silih amar makruf nahy munkar.<br />
<br />
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa silih asuh merupakan etos pembebasan dalam masyarakat religius dari kebodohan, keterbelakangan, kegelisahan hidup dan segala bentuk kejahatan.<br />
<br />
Meski demikian, budaya religius sesungguhnya memberikan peluang dalam penyerapan iptek sebab memiliki sejumlah potensi, etos keterbukaan, penalaran, analisis, dan kritis sebagai upaya perwujudan akhlak Tuhan Yang Maha Berilmu dan Mahakreatif sebagimana dikembangkan dalam budaya atau tradisi saling asah.<br />
<br />
Masyarakat saling asah adalah masyarakat yang saling mengembangkan diri untuk memperkaya khazanah pengetahuan dan teknologi. Tradisi saling asah melahirkan etos dan semangat ilmiah dalam masyarakat. Etos dan semangat ilmiah dalam masyarakat religius merupakan upaya untuk menciptakan otonomi dan kedisiplinan sehingga tidak memiliki ketergantungan terhadap yang lain sebab tanpa tradisi iptek dan semangat.ilmiah suatu masyarakat akan mengalami ketergantungan sehingga mudah terekploitasi, tertindas, dan terjajah.<br />
<br />
Saling asah adalah semangat interaksi untuk saling mengembangkan diri ke arah penguasaan dan penciptaan iptek sehingga masyarakat memiliki tingkat otonomi dan disiplin yang tinggi.<br />
<br />
Dalam masyarakat religius yang saling asah, ilmu pengetahuan, dan teknologi mendapat bimbingan etis sehingga iptek tidak lagi angkuh, tetapi tampak anggun, bahkan memperkuat ketauhidan. Integrasi iptek dan etika ini merupakan terobosan baru dalam kedinamisan iptek dengan membuka dimensi transenden, dimensi harapan, evaluasi kritis, dan tanggung jawab.<br />
<br />
Dengan demikian, budaya saling asih, saling asah dan saling asuh tetap akan selalu relevan dalam menghadapi tantangan modernisasi. Melalui strategi budaya saling asih, saling asah saling asuh, manusia modern akan dapat dikembalikan citra dirinya sehingga akan terbatas dari kegelisahan, kebingungan, dan penderitaan serta ketegangan psikologis dan etis.vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-57754712184647083352011-03-02T02:02:00.000-08:002011-03-02T02:02:39.949-08:00budaya melayu<span style="font-size: x-small;">budaya melayu memang mengalami masa keemasannya pada zaman kerajaan-kerajaan Melayu dulu. Namun walau begitu budaya melayu tetap bertahan hingga kini. Hal ini terbukti lewat tetap digunakannya bahasa melayu dalam keseharian masyarakat Kepulauan Riau dan Riau. </span><br />
<span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;">Budaya melayu juga tetap dipertahankan di dalam prosesi adat. Seperti halnya di dalam acara </span><a href="http://www.anneahira.com/pesta-pernikahan-11359.htm" title="pesta pernikahan"><span style="color: #008d42; font-size: x-small;">pernikahan</span></a><span style="font-size: x-small;">, acara berbalas pantun dan juga dalam memakai busana adat.Suku melayu berasal dari Kerajaan Suku Melayu Indonesia yang sekarang tersebar mulai dari Aceh, Medan, Riau, Jambi, Sumatra Barat, Palembang, Bengkulu dan Nusa Tenggara, hingga ke ujung Indonesia bagian timur.</span></span><span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"> </span></span><br />
<br />
<strong><span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;">Songket Bagian Seni Budaya Melayu</span></span></strong><br />
<span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;">Budaya Melayu juga dikenal dengan unsur seninya yang memikat. Siapa yang tak kenal dengan </span><a href="http://www.anneahira.com/syair-cinta.htm" title="syair cinta"><span style="color: #008d42; font-size: x-small;">syair</span></a><span style="font-size: x-small;"> Gurindam 12 gubahan Raja Ali Haji yang terkenal hingga ke mancanegara itu. Namun seni budaya melayu bukan hanya berupa seni suara dan musik tapi juga pada seni tenun. Termasuk tenunan kain Songket yang dikenal sebagai salah satu karya seni anak melayu.</span></span><br />
<span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;">Songket adalah kain yang ditenun secara </span><a href="http://www.anneahira.com/pengertian-masyarakat-tradisional.htm" title="pengertian masyarakat tradisional"><span style="color: #008d42; font-size: x-small;">tradisional</span></a><span style="font-size: x-small;"> menggunakan tangan dan alat tenun. Bahan songket adalah dari benang sutra Tionghoa yang dipadu dengan benang emas dan perak dari India. Bahan material pembuatan songket ini memang berasal dari Cina dan India. Karena ternyata sejak dahulu pedagang Tionghoa(Cina) dan India telah menjalin hubungan dagang dengan kerajaan Melayu Indonesia. </span></span><br />
<span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;">Tempat mereka melakukan transaksi terletak di daerah bagian pesisir </span><a href="http://www.anneahira.com/pantai-jepara.htm" title="pantai jepara"><span style="color: #008d42; font-size: x-small;">pantai</span></a><span style="font-size: x-small;"> timur sumatra. Tepatnya di pulau Bintan sekarang, di mana mereka menambatkan kapal dagangnya di sana dan bertransaksi dengan suku melayu.</span></span><span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;"> </span></span><strong> </strong><br />
<strong><span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><br />
<span style="font-size: x-small;">Kerajaan Bintan</span></span></strong><br />
<span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;">Kerajaan Bintan merupakan sebuah </span><a href="http://www.anneahira.com/kerajaan-brunei-darussalam.htm" title="kerajaan brunei darussalam"><span style="color: #008d42; font-size: x-small;">kerajaan</span></a><span style="font-size: x-small;"> melayu yang sempat mengalami masa kejayaannya pada masa itu. Ibukota kerajaan Bintan terletak di pulau Basar yang sekarang lebih dikenal dengan nama pulau Bintan. Rajanya yang terkenal bernama Raja Asyhar-Aya (sekitar tahun 1100 masehi) memiliki seorang putri bernama putri Bintan. </span></span><br />
<span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;">Raja ini mangkat saat sang putri belum dewasa sehingga tampuk </span><a href="http://www.anneahira.com/pemerintahan.htm" title="pemerintahan"><span style="color: #008d42; font-size: x-small;">pemerintahan</span></a><span style="font-size: x-small;"> untuk sementara dipegang oleh ibu suri Wan Sri Beni selama delapan tahun lamanya. Yaitu mulai dari tahun 1150 M hingga tahun 1158 M. (Kisah ini terdapat di dalam buku berjudul Butang Emas halaman 9).Sekarang pulau Bintan berada di dalam wilayah provinsi Kepulauan Riau yang beribukota provinsi di Tanjung Pinang .</span></span><br />
<span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"></span><br />
<br />
<strong><span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;">Budaya Melayu Tertua</span></span></strong><br />
<span style="font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><span style="font-size: x-small;">Adanya kerajaan Bintan ini merupakan salah satu bukti bahwa </span><a href="http://www.anneahira.com/sejarah-eropa-kuno.htm" title="sejarah eropa kuno"><span style="color: #008d42; font-size: x-small;">sejarah</span></a><span style="font-size: x-small;"> peradaban budaya melayu Indonesia jauh lebih tua daripada budaya melayu negara lainnya. Selain bukti-bukti historis yang lebih nyata lewat situs-situs sejarah yang terus ditemukan kemudian. Termasuk kejayaan kerajaan Sriwijaya yang juga merupakan kerajaan melayu yang menguasai hampir seluruh asia tenggara. </span></span>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-68598783633100832492011-03-01T20:46:00.000-08:002011-03-01T20:52:33.856-08:00Menjaga Keaneragaman Budaya Menjaga keanekaragaman budaya<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8746589648638356845&postID=6859878363310083249" name="577990699545662721"></a> <br />
<h3 class="post-title entry-title"><a href="http://olalachacha.blogspot.com/2010/11/menjaga-keaneragaman-budaya.html">Menjaga Keaneragaman Budaya</a> </h3>Dalam konteks masa kini, kekayaan kebudayaan akan banyak berkaitan dengan produk-produk kebudayaan yang berkaitan 3 wujud kebudayaan yaitu pengetahuan budaya, perilaku budaya atau praktek-praktek budaya yang masih berlaku, dan produk fisik kebudayaan yang berwujud artefak atau banguna. Beberapa hal yang berkaitan dengan 3 wujud kebudayaan tersebut yang dapat dilihat adalah antara lain adalah produk kesenian dan sastra, tradisi, gaya hidup, sistem nilai, dan sistem kepercayaan. Keragaman budaya dalam konteks studi ini lebih banyak diartikan sebagai produk atau hasil kebudayaan yang ada pada kini. Dalam konteks masyarakat yang multikultur, keberadaan keragaman kebudayaan adalah suatu yang harus dijaga dan dihormati keberadaannya. Keragaman budaya adalah memotong perbedaan budaya dari kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di Indonesia. Jika kita merujuk kepada konvensi UNESCO 2005 (Convention on The Protection and Promotion of The Diversity of Cultural Expressions) tentang keragaman budaya atau “cultural diversity”, cultural diversity diartikan sebagai kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada dalam kebudayaan kelompok atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya. Hal ini tidak hanya berkaitan dalam keragaman budaya yang menjadi kebudayaan latar belakangnya, namun juga variasi cara dalam penciptaan artistik, produksi, disseminasi, distribusi dan penghayatannya, apapun makna dan teknologi yang digunakannya. Atau diistilahkan oleh Unesco dalam dokumen konvensi UNESCO 2005 sebagai “Ekpresi budaya” (cultural expression). Isi dari keragaman budaya tersebut akan mengacu kepada makna simbolik, dimensi artistik, dan nilai-nilai budaya yang melatarbelakanginya.<br />
Dalam konteks ini pengetahuan budaya akan berisi tentang simbol-simbol pengetahuan yang digunakan oleh masyarakat pemiliknya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungannya. Pengetahuan budaya biasanya akan berwujud nilai-nilai budaya suku bangsa dan nilai budaya bangsa Indonesia, dimana didalamnya berisi kearifan-kearifan lokal kebudayaan lokal dan suku bangsa setempat. Kearifan lokal tersebut berupa nilai-nilai budaya lokal yang tercerminkan dalam tradisi upacara-upacara tradisional dan karya seni kelompok suku bangsa dan masyarakat adat yang ada di nusantara. Sedangkan tingkah laku budaya berkaitan dengan tingkah laku atau tindakan-tindakan yang bersumber dari nilai-nilai budaya yang ada. Bentuk tingkah laku budaya tersebut bisa dirupakan dalam bentuk tingkah laku sehari-hari, pola interaksi, kegiatan subsisten masyarakat, dan sebagainya. Atau bisa kita sebut sebagai aktivitas budaya. Dalam artefak budaya, kearifan lokal bangsa Indonesia diwujudkan dalam karya-karya seni rupa atau benda budaya (cagar budaya). Jika kita melihat penjelasan diatas maka sebenarnya kekayaan Indonesia mempunyai bentuk yang beragam. Tidak hanya beragam dari bentuknya namun juga menyangkut asalnya. Keragaman budaya adalah sesungguhnya kekayaan budaya bangsa Indonesia.<br />
by : prasetijo.wodpress.comvindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-39219703399602066092011-03-01T20:39:00.000-08:002011-03-01T20:39:26.189-08:00Cara Menyikapi Akulturasi Budaya Antara Tradisi Islam dengan Tradisi Lokal<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Manusia disebut juga dengan istilah <em>homo humanus,</em> yakni manusia yang berbudaya. Budaya itu sendiri merupakan produk dari masyarakat. Karena itu, perubahan nilai-nilai agama pada <a href="http://www.anneahira.com/masyarakat-dan-kebudayaan.htm" title="masyarakat dan kebudayaan">masyarakat</a> akan berpengaruh pula pada perubahan budayanya.</span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Jika Anda hidup pada tahun-tahun awal setelah kedatangan Islam di Indonesia, maka Anda akan terlibat dalam proses akulturasi budaya secara langsung. Lebih jelasnya, Anda akan menyaksikan munculnya perkawinan, tumpang tindih, atau <strong><a href="http://www.anneahira.com/akulturasi-budaya-antara-tradisi-islam-dengan-tradisi-lokal.htm" title="akulturasi budaya antara tradisi Islam dengan tradisi lokal">akulturasi budaya antara tradisi Islam dengan tradisi lokal</a></strong>.</span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Namun sebelumnya, Anda harus tahu bahwa sebelum Islam masuk ke Indonesia, budaya masyarakat yang telah ada sebelumnya adalah produk dari agama <a href="http://www.anneahira.com/yoga-adalah.htm" title="yoga adalah">Hindu</a> dan Budha. Hindu yang berasal dari India dan Budha yang berasal dari Cina.</span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Di sisi lain, tentu Anda juga akrab dengan ayat Al Kafirun ayat 6, “<em>Untukmu Agamamu, dan Untukku agamaku.”</em> Ayat itu memberikan garis tegas yang memisahkan <a href="http://www.anneahira.com/bacaan-alquran.htm" title="bacaan alquran">Islam</a> dengan agama lain. Sehingga, sering kali muncul konflik di tengah akulturasi budaya antara tradisi Islam dengan tradisi lokal, yang notabenenya adalah akulturasi antara tradisi Islam dengan agama non-Islam, yakni Hindu dan Budha.</span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Salah satu bentuk akulturasi yang sempat memanas di antara kaum muslim adalah masalah <em>yasinan</em>. Di dalam <em>yasinan</em>, terdapat akulturasi tradisi Islam dengan pembacaan surat yasin serta <em>kalimah thoyibah</em> dan tradisi lokal (Hindu dan <a href="http://www.anneahira.com/patung-kwan-im.htm" title="patung kwan im">Budha</a>) berupa “berkumpul-kumpul.” Lantas, bagaimana cara menyikapi akulturasi budaya antara tradisi islam dengan tradisi lokal?</span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><strong>Tidak mengedepankan kekerasan</strong></span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Jihad Islam merupakan jihad perdamaian, dan Islam sama sakali tidak mengajarkan bentuk <a href="http://www.anneahira.com/vivid.htm" title="vivid">kekerasan</a>, alih-alih menyulut peperangan. Untuk menyeru pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Islam memberikan tuntunan dengan cara,</span><br />
<ol><li><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Tangan atau kekuasaan. Jika Anda seorang <a href="http://www.anneahira.com/kepemimpinan.htm" title="Kepemimpinan">pemimpin</a>, maka sebaiknya pergunakan kekuasaan atau wibawa Anda. </span></li>
<li><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><a href="http://www.anneahira.com/sms-ucapan-romantis.htm" title="sms ucapan romantis">Ucapan</a>. Yakni dengan menegur, menasehati, atau memberikan hikmah kebajikan. </span></li>
<li><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Hati. Yakni dengan mendoakan agar orang yang Anda maksudkan dapat melaksanakan kebaikan atau menjauhi kemungkaran. Hal ini merupakan selemah-lemahnya iman seorang <a href="http://www.anneahira.com/buku-cerita-anak-muslim.htm" title="buku cerita anak muslim">muslim</a>.</span></li>
</ol><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Sekali lagi, Islam tidak mengajarkan pemaksaan dan kekerasan sedikit pun. Sehingga, jika Anda bertemu dengan <a href="http://www.anneahira.com/film-perang.htm" title="film perang">konflik</a> dalam akulturasi budaya tersebut, janganlah mendahulukan kekerasan. Berbicaralah padanya dengan lemah lembut, dan jika tidak berhasil juga, berlepas dirilah darinya. <em>Just do it,</em> <em>Ok…</em> J</span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><strong>Memahami Universalisme Islam</strong></span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Selanjutnya, Anda perlu memahami betapa Islam itu memberikan nilai-nilai yang universal. <a href="http://www.anneahira.com/unsur-unsur-kebudayaan.htm" title="unsur unsur kebudayaan">Universal</a> di sini memberikan arti bahwa Islam mengandung beberapa nilai yang memang berlaku pada segala jenis manusia, segala tempat, dan segala zaman. Oleh karena itu, wajar saja bila muncul perbedaan pendapat akibat dari usaha mengkontekstualisasikan atau menerapkan kembali nilai-nilai Islam pada masalah yang sedang terjadi.</span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Asalkan akulturasi tersebut tidak melewati batas-batas universalisme <a href="http://www.anneahira.com/makalah-agama-islam.htm" title="makalah agama islam">Islam</a>, maka jangan pernah Anda melibatkan diri dalam konflik yang muncul di sana. Karena jika tetp melakukannya, maka Anda telah melakukkan hal yang percuma. Ingat! Ijtihad yang salah tetap mendapatkan satu pahala bukan…?!</span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><strong>Mempelajari Makna di Balik Simbol-simbol</strong></span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Dengan melakukan hal ini, tingkat <a href="http://www.anneahira.com/film-inspiratif.htm" title="film inspiratif">toleransi</a> Anda pun akan semakin melebar. Jika Anda tidak mengetahui makna di balik simbol-simbol, khususnya pada yang berbau <em>kejawen</em>, maka Anda bisa serta merta menghukuminya dengan syirik atau apapun itu.</span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Contoh yang baik dalam hal ini adalah pembakaran menyan. Di tengah Masyarakat, pembakaran menyan dimaknai dengan pemanggilan roh halus atau <a href="http://www.anneahira.com/inuyasa.htm" title="inuyasa">jin</a>. Sehingga sangat mudah untuk menjatuhi label syirik pada mereka yang mempraktikan pembakaran menyan tersebut. </span><br />
<span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Akan tetapi, ketika Anda mengetahui bahwa menyan juga digunakan sebagai pengharum ruangan, sehingga mempermudah untuk mencapai ke tingkatan khusuk, maka…?! Yup, persepsi Anda berubah dan tidak perlu lagi berkutat panjang pada konflik yang muncul akibat dari akulturasi budaya antara <a href="http://www.anneahira.com/kesenian-musik.htm" title="kesenian musik">tradisi</a> islam dengan tradisi lokal.</span>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-33837383579949026102011-03-01T19:07:00.000-08:002011-03-01T19:07:38.933-08:00Kebudayaan nasional<div style="color: #351c75;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaan_nasional" title="Kebudayaan nasional">Kebudayaan nasional</a> adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut <i>TAP MPR No.II tahun 1998</i>, yakni:</div><table align="center" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; color: #351c75;"><tbody>
<tr> <td style="font-family: serif; font-size: 40px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: left;" valign="top" width="20">“</td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top">Kebudayaan nasional yang berlandaskan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila">Pancasila</a> adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia">Indonesia</a> dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199</td> <td style="font-family: serif; font-size: 40px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20">”</td> </tr>
</tbody></table><div style="color: #351c75;">kebudayaan nasional dalam pandangan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hajar_Dewantara" title="Ki Hajar Dewantara">Ki Hajar Dewantara</a> adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_nasional">bahasa nasional</a>. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”</div><div style="color: #351c75;">Pernyataan yang tertera pada <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/GBHN" title="GBHN">GBHN</a> tersebut merupakan penjabaran dari <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/UUD_1945" title="UUD 1945">UUD 1945</a> Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.</div><span style="color: #351c75;">Sebelum di amandemen, </span><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/UUD_1945" style="color: #351c75;" title="UUD 1945">UUD 1945</a><span style="color: #351c75;"> menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan </span><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaan_nasional" style="color: #351c75;" title="Kebudayaan nasional">kebudayaan nasional</a><span style="color: #351c75;">. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan</span>,vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-45753890059157259592011-02-28T04:32:00.000-08:002011-02-28T04:32:27.693-08:00budaya seni Pertunjukan atau teater rakyat<span style="color: #351c75;">1 Banjet : Pertunjukan rakyat di daerah Jawa Barat bagian utara.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">2 Kethoprak : Hidup di daerah Jawa Tengah, ceritanya diambil dari sejarah atau babad zaman raja-raja dahulu.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">3 Laes/rintren : Permainan rakyat yang mengandung unsur kegaiban di daerah Jawa Tengah.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">4 Lengguk : Seperti rudat, di daerah Jawa Tengah.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">5 Lenong : Seperti ludruk, hidup di daerah Jakarta.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">6 Ludruk : Hidup di daerah Jawa Timur, ceritanya merupakan kejadian sehari-hari atau mengambil tokoh-tokoh tertentu.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">7 Makyong : Pertunjukan rakyat di daerah Riau, pelakunya memakai topeng dan kuku buatan yang panjan.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">8 Mamanda : Pertunjukan rakyat di daerah Kalimantan. lebih hanyak bersifat komedi.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">9 Opak Alang : Kethoprak yang diiringi rebana, di Java Tengah bagian Utara.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">10 Randai : Nyanyian yang disertai gerak tari dan silat dari daerah Sumatra Barat.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">11 Reog : Dari daerah Ponorogo, Jawa Timur. Permainannya memakai topeng kepala macan. Di hiasi bulu-bulu merak, sering disertai dengan kuda kepang.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">12 Rudat : Seni tari dan nyanyian yang diiringi bana, di daerah Jawa Barat. Lagu-lagunya berisi ajaran agama Istam.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">13 Srandul : Seperti ketoprak, tetapi tebih sederhana, cukup dimainkan di halaman rumah, hidup di daerah Jawa Tengah.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">14 Tarling : Seperti ludruk yang hidup di daerah Cirebon, Jawa Barat.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">15 Wayang Golek : Hidup di daerah Jawa Tengah, dimainkan oleh seorang dalang.</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">16 Wayang Kulit : Hidup di daerah Jawa Tengah dimainkan oleh seorang dalang</span><br style="color: #351c75;" /><span style="color: #351c75;">17 Wayang orang : Hidup di daerah Jawa Tengah, ceritanya diambil dan Mahabarata atau Ramayana.</span>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-59772020239270607022011-02-28T04:17:00.000-08:002011-02-28T04:17:17.890-08:00Perkembangan Budaya Indonesia<div style="color: #20124d;">Secara garis besar kebudayaan Indonesia dapat kita klasifikasikan dalam dua kelompok besar. Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan Kebudayaan Indonesia Modern. Para ahli kebudayaan telah mengkaji dengan sangat cermat akan kebudayaan klasik ini. Mereka memulai dengan pengkajian kebudayaan yang telah ditelurkan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebagai layaknya seorang pengkaji yang obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensi-dimensi yang ada dalam kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada yang dikesampingkan. Adapun dimensi yang sering ada adalah seperti agama, tarian, nyanyian, wayang kulit, lukisan, patung, seni ukir, dan hasil cipta lainnya.<br />
<br />
<br />
Seorang pengamat memberikan argumennya tentang kebudayaan indonesia modern. Dia mengatakan bahwa kebudayaan Indonesia modern dimulai ketika bangsa Indonesia merdeka. Bentuk dari deklarasi ini menjadikan bangsa Indonesia tidak dalam kekangan dan tekanan. Dari sini bangsa Indonesia mampu menciptakan rasa dan karsa yang lebih sempurna.<br />
<br />
<br />
Kebudayaan Indonesia yang multikultur seperti itu, ketika dikaji dari sisi dimensi waktu, dapat dibagi pula pengertiannya :<br />
<br />
<br />
1.Pertama, kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sudah terbentuk. Definisi ini mengarah kepada pengertian bahwa kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan pengetahuan yang tersosialisasi/internalisasi dari generasi-generasi sebelumnya, yang kemudian digunakan oleh umumnya masyarakat Indonesia sebagai pedoman hidup. Jika dilacak, kebudayaan ini terdokumentasi dalam artefak/atau teks. Melihat kebudayaan dari sisi ini, kita akan mudah terjebak kepada dua hal. Pertama, apa yang sudah ada itu diterima sebagai sesuatu yang sudah baik bahkan paripurna. Ungkapan seperti kebudayaan Jawa adalah kebudayaan yang adiluhung, merupakan contoh terbaiknya. Di sini, apa yang disebut kebudayaan adalah dokumen text (Jawa termasuk sastra-sastra lisan) yang harus dijadikan pedoman kalau kita tidak ingin kehilangan ke-jawa-annya. Ungkapan: “ora Jawa” atau “durung Jawa” adalah ungkapan untuk menilai laku (orang Jawa) yang sudah bergeser dari text tersebut.<br />
<br />
<br />
2.Kedua, kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sedang membentuk. Pada definisi kedua ini menjelaskan adanya kesadaran bahwa sebetulnya, tidak pernah (baca: terlalu sedikit) ada masyarakat manapun di dunia ini yang tidak bersentuhan dengan kebudayaan dan peradaban lain, termasuk kebudayaan Indonesia atau kebudayaan Jawa. Hanya saja ada pertanyaan serius untuk memilih definisi kedua ini, yaitu bagaimana lalu kebudayaan kita berdiri tegak untuk mampu menyortir berbagai elemen kebudayaan asing yang cenderung capitalism yang notabene, dalam batas-batas tertentu, negative (baca: tidak cocok)? Pada saat yang sama, kebudayaan global yang kapitalistik itu, telah masuk ke berbagai relung-relung kehidupan masyarakat “tanpa” bisa dicegah. Kalau begitu, pertanyaannya ialah: membatasi, menolak, atau mengambil alih nilai-nilai positif yang ditawarkan. Persoalan seperti ini dulu sudah pernah menjadi perdebatan para ahli kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh Armen Pane dkk versus Sutan Takdir Alisyahbana (Lihat pada buku Polemik Kebudayaan), dan sampai sekarang pun sikap kita tidak jelas juntrungnya.<br />
<br />
<br />
3.Ketiga, adalah kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang direncanakan untuk dibentuk. Ini adalah definisi yang futuristic, yang perlu hadir dan dihadirkan oleh warga bangsa yang menginginkan Indonesia ke depan HARUS LEBIH BAIK. Inilah yang seharusnya menjadi focus kajian serius bagi pemerhati Indonesia, wa bil khusus para mahasiswa dan dosen-dosen ilmu budaya.<br />
<br />
<br />
Kondisi sosial budaya Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :<br />
<br />
<br />
1.Bahasa, sampai saat Indonesia masih konsisten dalam bahasa yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia sejak jaman nenek moyang kita. Bahasa asing (Inggris) belum terlihat popular dalam penggunaan sehari-hari, paling pada saat seminar, atau kegiatan ceramah formal diselingi denga bahasa Inggris sekedar untuk menyampaikan kepada audien kalau penceramah mengerti akan bahasa Inggris.<br />
<br />
<br />
2.Sistem teknologi, perkembangan yang sangat menyolok adalah teknologi informatika. Dengan perkembangan teknologi ini tidak ada lagi batas waktu dan negara pada saat ini, apapun kejadiannya di satu negara dapat langsung dilihat di negara lain melalui televisi, internet atau sarana lain dalam bidang informatika.<br />
<br />
<br />
3.Sistem mata pencarian hidup/ekonomi. Kondisi pereko-nomian Indonesia saat ini masih dalam situasi krisis, yang diakibatkan oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi pada era orde baru. Kemajuan perekonomian pada waktu itu hanya merupakan fatamorgana, karena adanya utang jangka pendek dari investor asing yang menopang perekonomian Indonesia.<br />
<br />
<br />
4.Organisasi Sosial. Bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama (FPI, JI, MMI, Organisasi Aliran Islam/Mahdi), Etnis (FBR, Laskar Melayu) dan Ras.<br />
<br />
<br />
5.Sistem Pengetahuan. Dengan adanya LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diharapkan perkembangan pengetahuan Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan era globalisasi.<br />
<br />
<br />
6.Religi. Munculnya aliran-aliran lain dari satu agama yang menurut pandangan umum bertentangan dengan agama aslinya. Misalnya : aliran Ahmadiyah, aliran yang berkembang di Sulawesi Tengah (Mahdi), NTB dan lain-lain.<br />
<br />
<br />
7.Kesenian. Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron). Seni tari yang dulu hampir setiap hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi seni yang berbau kedaerahan. Kejayaan kembali wayang kulit pada tahun 1995 – 1996 yang dapat kita nikmati setiap malam minggu, sekarang sudah tidak ada lagi. Seni lawak model Srimulat sudah tergeser dengan model Extravagansa. Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya.<br />
<br />
<br />
8.Sedang menghadapi suatu pergeseran-pergeseran atau \"Shirf\" budaya. Hal ini mungkin dapat difahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai budaya baru serta ketidak mampuan kita dalam membendung serangan itu dan mempertahankan budaya dasar kita.<br />
<br />
<br />
2.DAMPAK BAGI MASYARAKAT<br />
<br />
<br />
Kebudayaan Indonesia adalah serangkaian gagasan dan pengetahuan yang telah diterima oleh masyarakat-masyarakat Indonesia (yang multietnis) itu sebagai pedoman bertingkahlaku dan menghasilkan produks-produk kebudayaan itu sendiri. Hanya persoalannya, ide-ide dan pengetahuan masyarakat-masyarakat Indonesia juga mengalami perubahan-perubahan, baik karena factor internal maupun eksternal.<br />
<br />
<br />
Berikut dampak kebudayaan Indonesia bagi masyarakat, antara lain:<br />
<br />
<br />
1.Pengaruh Positif dapat berupa :<br />
<br />
<br />
1.Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan ekonomi.<br />
<br />
2.Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari otokrasi menjadi oligarki.<br />
<br />
3.Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis dan masyarakat madani dalam skala global.<br />
<br />
4.Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam kebijakan ekonomi guna mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.<br />
<br />
5.Tidak berseberangan dengan desentralisasi.<br />
<br />
6.Bukan penyebab krisis ekonomi.<br />
<br />
<br />
2.Pengaruh Negatif berupa :<br />
<br />
<br />
1.Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat yang konsumtif komersial. Masyarakat akan minder apabila tidak menggunakan pakaian yang bermerk (merk terkenal).<br />
<br />
2.Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan munculnya dua kecenderungan yang kontradiktif. Kelompok yang mempertahankan tradisi dan sejarah sebagai sesuatu yang sakral dan penting (romantisme tradisi). Dan kelompok ke dua, yang melihat tradisi sebagai produk masa lalu yang hanya layak disimpan dalam etalase sejarah untuk dikenang (dekonstruksi tradisi/disconecting of culture).<br />
<br />
3.Sebagai sarana kompetisi yang menghancurkan. Proses globalisasi tidak hanya memperlemah posisi negara melainka juga akan mengakibatkan kompetisi yang saling menghancurkan.<br />
<br />
4.Sebagai pembunuh pekerjaan. Sebagai akibat kemajuan teknologi dan pengurangan biaya per unit produksi, maka output mengalami peningkatan drastis sedangkan jumlah pekerjaan berkurang secara tajam.<br />
<br />
5.Sebagai imperialisme budaya. Proses globalisasi membawa serta budaya barat, serta kecenderungan melecehkan nilai-nilai budaya tradisional.<br />
<br />
6.Globalisasi merupakan kompor bagi munculnya gerakan-gerakan neo-nasionalis dan fundamentalis.. Proses globalisasi yang ganas telah melahirkan sedikit pemenang dan banyak pecundang, baik pada level individu, perusahaan maupun negara. Negara-negara yang harga dirinya diinjak-injak oleh negara-negara adi kuasa maka proses globalisasi yang merugikan ini merupakan atmosfer yang subur bagi tumbuhnya gerakan-gerakan populisme, nasionalisme dan fundamentalisme.<br />
<br />
7.Malu menggunakan budaya asli Indonesia karena telah maraknya budaya asing yang berada di wilayah Indonesia.</div>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-8589070889620927322011-02-18T21:21:00.000-08:002011-02-25T20:38:38.039-08:00Budaya yang hilang<div style="color: #351c75;">Lagu Rasa Sayang-sayange diklaim oleh Pemerintah Malaysia.<br />
Rasa Sayange atau Rasa Sayang-Sayange adalah lagu daerah yang berasal dari Maluku, Indonesia. Lagu ini merupakan lagu daerah yang selalu dinyanyikan secara turun-temurun sejak dahulu untuk mengungkapkan rasa sayang mereka terhadap lingkungan dan sosialisasi di antara masyarakat Maluku.<br />
Lagu ini digunakan oleh departemen Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar bulan Oktober 2007. Sementara Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu kepulauan Nusantara (Malay archipelago)[1], Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu “Rasa Sayange” adalah milik Indonesia karena ia merupakan lagu rakyat yang telah membudaya di provinsi Maluku sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu adalah salah.</div><div style="color: #351c75;">[2].Bagaimanapun, bukti tersebut akhirnya ditemukan. ‘Rasa Sayange1′ diketahui direkam pertama kali di perusahaan rekaman Lokananta Solo 1962. </div><div style="color: #351c75;">[3] Pada tanggal 11 November 2007, Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Budaya Malaysia, Rais Yatim, mengakui bahwa Rasa Sayange adalah milik Indonesia </div><div style="color: #351c75;">[4]. Namun, ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Malaysia menyebutkan bahwa mereka mengakui bahwa Rasa Sayange adalah milik bersama, maksudnya warisan milik bersama bangsa Melayu, antara Indonesia dan Malaysia</div><div style="color: #351c75;">[5].Tentang bukti rekaman “Rasa Sayange”, bukti lagu tersebut direkam oleh PT Lokananta, Solo, Indonesia pada tanggal 1962 dalam piringan hitam Gramophone</div><div style="color: #351c75;">[6]. Rekaman master dari piringan ini masih disimpan oleh PT Lokananta. Ini dikenal sebagai rekaman pertama terhadap lagu ini. Piringan hitam tersebut didistribusikan sebagai souvenir kepada partisipan Asian Games ke 4 tahun 1962 di Jakarta, dan lagu “Rasa Sayange” adalah salah satu lagu rakyat Indonesia di piringan tersebut, bersama dengan lagu etnis lain Indonesia seperti Sorak-sorak Bergembira, O Ina ni Keke, dan Sengko Dainang.</div><div style="color: #351c75;">Desain Grafis Perak Asli Bali<br />
Rasa terambilnya desain garafis perak asli Bali ini muncul ketika seorang warga bali yang menjaul hasil karyanya ke konsumen luar negeri. Namun tanpa diketahui konsumentersebut malah mematenkan hasil karya tersebut sebagai desain dari luar negeri, sehingga ketika warga Bali ini hendak mengekspor hasil karyanya ternyata dia harus beurusan dengan WTO karena dianggap telah melanggar Trade Related Intellectual Property Rights (TRIPs). Sesungguhnya desain tersebut telah dimiliki dan merupakan warisan dari leluhur masyarakat Bali itu sendiri. Namun ada juga kejadian perebutan hak paten yang terjadi di dalam negeri ini sendiri yang dimana kedua belah pihak telah mematenkan hak ciptanya. Namun salah satu pihak menganggap bahwa karya lainnya merupakan plagiat dari hasil karya yang telah mereka buat.</div><div style="color: #351c75;">Tari Reog Ponorogo dengan Tari Barongan Malaysia<br />
Dikisahkan di dalam Asal Usul Reog Ponorogo telah terjadi pertempuran antara Raja Ponorogo dengan Singa Barong penjaga hutan Lodoyo. Pujangga Anom nama raja itu telah membangunkan dan membuat marah singa tersebut, karena mencuri 150 anak macan dari hutan Lodoyo. Anak-anak macan itu rencananya akan dia gunakan sebagai mas kawin pernikahannya dengan seorang puteri dari Raja Kadiri. Pertempuran antara Pujangga Anom dan singa penjaga hutan Lodoyo kemudian tak terelakkan. Kisah itu lalu menjadi legenda pada rakyat Ponorogo dan sekitarnya tentang keberanian dan ketabahan orang-orang Ponorogo dan diwujudkan dalam bentuk tarian <a href="http://uun-halimah.blogspot.com/2007/12/reog-ponorogo.html">Reog</a>.<br />
Dalam tarian Reog para penari bukan saja menampilkan gerakan-gerakan badan yang mempesona namun juga menyertakan suasana magis. Para penari dipercaya berada dalam keadaaan kesurupan meskipun yang sesungguhnya terjadi mereka mendahului tarian Reog dengan ritual puasa dan semedi. Adegan ketika seorang penari memanggul topeng besar berupa kepala singa yang di atasnya dihiasai dengan bulu merak adalah salah satu contoh kuatnya aroma magis tersebut.<br />
Barongan Malaysia tidak seperti itu dan itulah yang membedakan tarian itu dengan Reog dari Ponorogo. Mungkin tema tariannya agak mirip meskipun harus dikatakan antara keduanya terdapat perberbedaan yang jauh. Namun andai pun dianggap mirip, hal itu hanya terletak pada temanya yang mengusung tema singa atau macan. Tema semacam itu juga bisa dijumpai dalam tarian Sisingaan dari Kuningan Jawa Barat dan Barongsai tarian khas Cina. Dan jika dilihat dari filosofinya, Barongan Malaysia cenderung bernuansa keagaamaan (penyebaran Islam) sementara filosofi Reog adalah keberanian dan ketabahan.</div><div style="color: #351c75;">Tempe yang diklaim oleh WN Jepang<br />
Tercatat ada 19 paten tentang tempe, di mana 13 buah paten adalah milik AS, yaitu: 8 paten dimiliki oleh Z-L Limited Partnership; 2 paten oleh Gyorgy mengenai minyak tempe; 2 paten oleh Pfaff mengenai alat inkubator dan cara membuat bahan makanan; dan 1 paten oleh Yueh mengenai pembuatan makanan ringan dengan campuran tempe. Sedangkan 6 buah milik Jepang adalah 4 paten mengenai pembuatan tempe; 1 paten mengenai antioksidan; dan 1 paten mengenai kosmetik menggunakan bahan tempe yang diisolasi. Paten lain untuk Jepang, disebut Tempeh, temuan Nishi dan Inoue (Riken Vitamin Co. Ltd) diberikan pada 10 Juli 1986. Tempe tersebut terbuat dari limbah susu kedelai dicampur tepung kedele, tepung terigu, tepung beras, tepung jagung, dekstrin, Na-kaseinat dan putih telur.<br />
Makanan Daerah yang tergantikan oleh makanan dari Luar Negeri<br />
Sekarang ini banyak sekali makanan daerah yang tergantikan terutama didaerah pariwisata. Sebenarnya tidak ada kerugian yang akan dialami oleh negara, namun jika dilaihat dari segi lain maka akan merugikan karena para penerus bangsa mendatang mungkin tidak akan tahu apa makanan daerah yang mereka miliki. Penyebab utamanya yaitu danya investor asing yang ingin memajukan perekonomian daerah pariwisata dengan membangun restoran cepat saji ataupun sejenis kedai junkfood. Masyarakat sekarang ini khususnya anak – anak muda, berpikir makanan daerah sudah ketinggalan jaman sehingga mereka berusaha untuk mengikuti tren yang ada. Semua itu tak lain juga akibat dari globalisasi apalagi sarana dan prasarana telah memadai bahkan terpenuhi.</div><span style="color: #351c75;">Berikut ini adalah beberapa daftar artefak budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan atau diklaim oleh korporasi asing, oknum warga negara asing, ataupun negara lain:</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;">i. Batik dari Jawa oleh Adidas</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> ii. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> iii. Naskah Kuno dari Sumetera Barat oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> iv. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> v. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> vi. Rendang dari Sumetera Barat oleh Oknum WN Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> vii. Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> viii. Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> ix. Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> x. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xi. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xii. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xiii. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xiv. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xv. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xvi. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xvii. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xviii. Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Perancis</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xix. Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Inggris</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xx. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xxi. Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xxii. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xxiii. Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xxiv. Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang</span><br />
<span style="background-color: #999999; color: #351c75;"> xxv. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia</span>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-89017688208563459192011-02-18T05:09:00.000-08:002011-02-28T04:04:26.390-08:00memahami perbedaan budaya<span style="color: purple;">Budaya adalah suatu alat yang berguna untuk memahami perilaku manusia di seluruh bumi, juga di negeri kita sendiri. Pandangan mengenai konsep ini terutama berasal dari ilmu-ilmu perilaku manusia (behavoiral science) sosiologi, psikologi dan antropologi. Ilmu sosial tersebut mempelajari dan dan menjalaskan kepada kita bagaimana orang-orang berperilaku, mengapa mereka berperilaku demikian dan apa hubungan antar perilaku manusia dan lingkungan.</span><br />
<br />
<span style="color: purple;">Pada dasarnya manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Kebiasaan, praktik dan tradisi untuk terus hidup dan berkembang diwariskan oleh suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu. Budaya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh setiap faset aktivitas manusia.</span><br />
<br />
<span style="color: purple;">Individu sangat cenderung menerima dan mempercayai apa yang dikatakan oleh budaya mereka. Kita dipengaruhi oleh adat dan pengetahuan masyarakat dimana kita tinggal, terlepas dari bagaimana validitas objektif masukan dan penanaman budaya ini pada diri kita.</span><br />
<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8746589648638356845&postID=8901768820856345919" name="more"></a><br />
<div style="color: purple;"><b>PARAMETER-PARAMETER BUDAYA</b></div><div style="color: purple;">Budaya adalah gaya hidup suatu kelompok manusia tertentu. Budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh sebagian orang lainnya. Budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan demikian merupakan suatu faktor pemersatu. Budaya merupakan pengetahuan yang dapat dikomunikasikan, sifat-sifat perilaku dipelajari yang juga ada pada anggota-anggota dalam suatu kelompok sosial dan berwujud dalam lembaga dan artefak mereka. E.B. Taylor, Bapak Antropologi budaya, mendefinisikan budaya sebagai “keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat-adat dan kebiasaan lain yang diperoleh dari anggota-anggota suatu masyarakat.” Dalam hal ini setiap kelompok budaya menghasilkan jawaban-jawaban khususnya sendiri terhadap tantangan-tantangan hidup seperti kelahiran, pertumbuhan, hubungan-hubungan sosial dan bahkan kematian.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK BUDAYA</b></div><div style="color: purple;"><b>Komunikasi dan Bahasa</b></div><div style="color: purple;">Sistem komunikasi, verbal dan nonverbal membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya. Terdapat banyak “bahasa asing” di dunia.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Pakaian dan Penampilan</b></div><div style="color: purple;">Ini meliputi pakaian dan dandanan (perhiasan) luar, juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural. Contohnya: kimono Jepang, penutup kepala Afrika dan ikat kepala Suku Indian.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Makan dan Kebiasaan Makan</b></div><div style="color: purple;">Cara memilih, meyiapkan, menyajikan dan memakan sering berbeda antar budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Cara makan pun juga berbeda-beda.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Waktu dan Kesadaran akan Waktu</b></div><div style="color: purple;">Kesadaran akan waktu berbeda antar budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian orang lainnya merelatifkan waktu. Musim-musim sepanjang tahun juga beraneka ragam.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Penghargaan dan Pengakuan</b></div><div style="color: purple;">Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatika cara dan metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, karena pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Hubungan-Hubungan</b></div><div style="color: purple;">Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan dan kebijaksanaan.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Nilai dan Norma</b></div><div style="color: purple;">Berdasarkan sistem nilainya, suatu budaya menetapkan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang bersangkutan.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Rasa Diri dan Ruang</b></div><div style="color: purple;">Kenyamanan yang orang miliki dengan dirinya dapat diekspresikan secara berbeda oleh budaya. Identitas diri dan penghargaan dapat diwujudkan dengan sika yang sederhana dalam perilaku yang agresif dalam budaya-budaya terentu rasa kebebasan dan aktivitas dibalas oleh kerjasama dan kormformitas kelompok.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Proses Mental dan Belajar</b></div><div style="color: purple;">Beberapa budaya menekankan aspek pengembangan otak ketimbang aspek lainnya sehingga orang mencolok dalam cara orang-orang berpikir dan belajar.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Kepercayaan dan Sikap</b></div><div style="color: purple;">Orang-orang dalam semua budaya tampaknya mempunyai perhatian terhadap hal-hal supranatural yang jelas dalam agama dan praktik agama mereka. Agama dipengaruhi bidaya dan budaya pun dipengaruhi oleh agama. Sistem kepercayaan agama sekelompok orang agak bergantung pada tingkat perkembangan kemanusiaan mereka; suku-suku bangsa primitif cenderung percaya pada ketakhayulan dan praktik sihir merupakan hal yang biasa, sebagian agama sangat terikat pada tingkat perkembangan pertanian.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>PENDEKATAN SISTEM TERHADAP BUDAYA</b></div><div style="color: purple;"><b>Sistem Kekeluargaan</b></div><div style="color: purple;">Menyangkut hubungan keluarga dan cara bagaimana sekelompok orang memperanakkan, melatih dan mensosialisasikan anak-anak mereka.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Sistem Ekonomi</b></div><div style="color: purple;">Menyangkut cara masyarakat menghasilkan dan menyalurkan barang dan jasa pelayanannya</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Sistem Agama</b></div><div style="color: purple;">Bersangkutan dengan cara memberi makna dan motivasi pada kehidupan selain aspek-aspek kehidupan material, yaitu aspek kehidupan spiritual atau pendekatannya terhadap hal-hal yang gaib.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Sistem Asosiasi</b></div><div style="color: purple;">Menyangkut jaringan pengelompokkan sosial yang dibentuk orang-orang. Kelompok-kelompok masyarakat ini bisa merupakan kelompok persaudaraan (fraternal), kelompok rahasia dan asosiasi profesional/pedagang.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Sistem Kesehatan</b></div><div style="color: purple;">Berkenaan dengan cara suatu budaya menghindari dan mnegobati penyakit, atau merawat para korban bencana alam atau kecelakaan. Konsep kesehatan dan masalah-masalah medis berlainan antara budaya yang satu dengan budaya lainnya.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Sistem Rekreasi</b></div><div style="color: purple;">Menyangkut cara-cara suatu bangsa bergaul, atau menggunakan saat mereka santai.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>ISTILAH-ISTILAH BUDAYA YANG PENTING</b></div><div style="color: purple;"><b>Pola dan Tema</b></div><div style="color: purple;">Beberapa antropolog, seperti Ruth Benedict, mencoba mencari sesuatu pola integratif tunggal untuk menguraikan suatu budaya tertentu. Mencari secara tepat suatu pola ajeg pikiran dan perilaku dalam suatu budaya adalah sulit, maka para ilmuan lebih suka mencari suatu tema sumatif.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Eksplisit dan Implisit</b></div><div style="color: purple;">Beberapa aspek budaya tampak jelas (overt), sementara beberapa aspek lainnya tersembunyi (covert). Sebagian aspek budaya adalah eksplisit dalam adat dan pengetahuan masyarakat, dan mungkiin berwujud dalam hukum, peraturan-peraturan, kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi. Aspek lainnya implisit dalam budaya, dan orang harus menduga premis-premis tersembunyi demikian dengan mengamati kecenderungan-kecenderungan yang konsisten dalam kata-kata dan perilaku.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Subkultur dan Monokultur</b></div><div style="color: purple;">Dalam masyarakat yang lebih besar, kelompok atau bangsa yang mempunyai budaya dominan yang sama, mungkin terdapat subkelompok-subkelompok yang memiliki ciri-ciri yang memisahkan dan membedakan mereka dari subkelompok lainnya. Subkultur-subkultur ini dapat diklasifikasikan berdasarkan usia kelas sosial, jenis kelamin, ras atau identitas lain yang membedakan mikrokultur ini dari mikrokultur lainnya.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Unsur-unsur Universal dan Keanekaragaman</b></div><div style="color: purple;">Terdapat generalisasi tentang semua budaya yang disebut unsur universal (universals): usia, dandanan tubuh, kalender, perkenalan, pembagian kerja, pendidikan, etika, larangan makanan, aturan waris, bahasa, perkawinan, perkabungan, mitologi, sistem nomer, sanksi hukum, hak milik, kepercayaan kepada hal yang gaib, perbedaan status, pembuatan dan perdagangan alat-alat, kunjungan dan sebagainya. Maka aktivitas-aktivitas tertentu secara lintas budaya, namun perwujudannya mungkin bersifat unik dalam suatu masyarakat tertentu. Lawan dari konsep universals adalah keanekaragaman budaya (cultural diversity).</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Perilaku Rasional/Irasional/Nonrasional</b></div><div style="color: purple;">Perilaku rasional dalam suatu budaya didasarkan atas apa yang dianggap kelompok masuk akal untuk mencapai tujuan-tujauannya. Perilaku irasional menyimpang dari norma-norma yang diterima suatu masyarakat dan mungkin bersumber dari frustasi seseorang dalam usaha memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Perilaku nonrasional tidak didasarkan pada logika, tidak juga bertentangan dengan ekspektasi-ekspektasi yang masuk akal ia dipengaruhi oleh budaya atau subkultur seseorang.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Tradisi</b></div><div style="color: purple;">Ini merupakan suatu aspek budaya yang sangat penting yang dapat diekspresikan dalam kebiasaan-kebiasaaan tak tertulis, pantangan-pantangan dan sanksi-sanksi. Tradisi mempengaruhi suatu bangsa tentang apa yang merupakan perilaku dan prosedur yang layak berkenaan dengan makanan, pakaian, apa yang berharga, apa yang harus dihindari atau diabaikan. Tradisi melengkapi masyarakat dengan suatu “tatanan mental” yang memiliki pengaruh kuat atas sistem moral mereka untuk menilai apa yang benar atau salah, baik atau buruk, menyenangkan atau tidak menyenangkan, tradisi tradisi mengekspresikan suatu budaya, memberi anggota-anggotanya rasa memiliki dan keunikan.</div><div style="color: purple;"><br />
</div><div style="color: purple;"><b>Keunikan Budaya</b></div><div style="color: purple;">Manajer kosmopolitan, yang peka terhadap perbedaan-perbedaan budaya, menghargai keunikan suatu masyarakat dan berusaha berkomunikasi dengan orang-orang dari kelompok budaya itu.</div>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-48623159435306486802011-02-11T20:37:00.000-08:002011-02-11T20:37:57.794-08:00Fungsi dan hakekat kebudayaan<div style="text-align: justify;">Secara etimologis, kata kebudayaan berasal dar budhayah (Bahasa Sansekerta), jamak dari kata budhhi yang artinya budi atau akal. Atau dasar kata tersebut, kebudayaan diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal atau budi.</div>Dalam istilah antropologi, kebudayaan sebagai terjemahan dari kata culture, berasal dari kata latin Colore. Artinya mengolah atau mengerjakan yaitu mengolah tanah atau bertani (berkaitan dengan alam). Berangkat dari arti kata tersebut maka culture diartkan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.<br />
EB. Taylor (1971) mendefinisikan kebudayaan sebagai kompleks yang mencakup pengetauan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain-lain. Kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Konsepsi diatas mengandung makna bahwa kebudayaan mencakup kesemuannya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.<br />
Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi menegaskan bahwa kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.<br />
<strong>Fungsi Kebudayaan</strong><br />
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Kebutuhan masyarakat bidang spiritual dan materiil sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.<br />
Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya.<br />
Pada taraf permulaan, manusia semata-mata bertindak dalam batas-batas untuk melindungi dirinya. Taraf terseut, masih banyak dijumpai pada masyarakat yang hingga kini masih rendah tahap kebudayaannya.<br />
Keadaannya sangat berlainan dengan masyarakat yang sudah kompleks, dimana taraf kebudayaannya lebih tinggi. Hasil kebudayaannya yang berupa teknologi memberikan kemungkinan-kemungkinan yang sangat luas untuk memanfaatkan hasil-hasil alam dan apabila mungkin menguasai alam.vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-75890070496542854432011-02-09T04:45:00.000-08:002011-02-09T04:45:16.173-08:00menjaga Keragaman budaya indonesia<div style="color: purple;"><span style="font-size: x-large;"><strong>Menjaga keanekaragaman budaya</strong></span></div>Dalam konteks masa kini, kekayaan kebudayaan akan banyak berkaitan dengan produk-produk kebudayaan yang berkaitan 3 wujud kebudayaan yaitu pengetahuan budaya, perilaku budaya atau praktek-praktek budaya yang masih berlaku, dan produk fisik kebudayaan yang berwujud artefak atau banguna. Beberapa hal yang berkaitan dengan 3 wujud kebudayaan tersebut yang dapat dilihat adalah antara lain adalah produk kesenian dan sastra, tradisi, gaya hidup, sistem nilai, dan sistem kepercayaan. Keragaman budaya dalam konteks studi ini lebih banyak diartikan sebagai produk atau hasil kebudayaan yang ada pada kini. Dalam konteks masyarakat yang multikultur, keberadaan keragaman kebudayaan adalah suatu yang harus dijaga dan dihormati keberadaannya. Keragaman budaya adalah memotong perbedaan budaya dari kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di Indonesia. Jika kita merujuk kepada konvensi UNESCO 2005 (Convention on The Protection and Promotion of The Diversity of Cultural Expressions) tentang keragaman budaya atau “cultural diversity”, cultural diversity diartikan sebagai kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada dalam kebudayaan kelompok atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya. Hal ini tidak hanya berkaitan dalam keragaman budaya yang menjadi kebudayaan latar belakangnya, namun juga variasi cara dalam penciptaan artistik, produksi, disseminasi, distribusi dan penghayatannya, apapun makna dan teknologi yang digunakannya. Atau diistilahkan oleh Unesco dalam dokumen konvensi UNESCO 2005 sebagai “Ekpresi budaya” (cultural expression). Isi dari keragaman budaya tersebut akan mengacu kepada makna simbolik, dimensi artistik, dan nilai-nilai budaya yang melatarbelakanginya.<br />
Dalam konteks ini pengetahuan budaya akan berisi tentang simbol-simbol pengetahuan yang digunakan oleh masyarakat pemiliknya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungannya. Pengetahuan budaya biasanya akan berwujud nilai-nilai budaya suku bangsa dan nilai budaya bangsa Indonesia, dimana didalamnya berisi kearifan-kearifan lokal kebudayaan lokal dan suku bangsa setempat. Kearifan lokal tersebut berupa nilai-nilai budaya lokal yang tercerminkan dalam tradisi upacara-upacara tradisional dan karya seni kelompok suku bangsa dan masyarakat adat yang ada di nusantara. Sedangkan tingkah laku budaya berkaitan dengan tingkah laku atau tindakan-tindakan yang bersumber dari nilai-nilai budaya yang ada. Bentuk tingkah laku budaya tersebut bisa dirupakan dalam bentuk tingkah laku sehari-hari, pola interaksi, kegiatan subsisten masyarakat, dan sebagainya. Atau bisa kita sebut sebagai aktivitas budaya. Dalam artefak budaya, kearifan lokal bangsa Indonesia diwujudkan dalam karya-karya seni rupa atau benda budaya (cagar budaya). Jika kita melihat penjelasan diatas maka sebenarnya kekayaan Indonesia mempunyai bentuk yang beragam. Tidak hanya beragam dari bentuknya namun juga menyangkut asalnya. Keragaman budaya adalah sesungguhnya kekayaan budaya bangsa Indonesia.vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-55869974566624316902011-02-09T04:25:00.000-08:002011-02-09T04:25:06.560-08:00Cara pandangan terhadap kebudayaan<h3 style="color: purple;"><span class="mw-headline" id="Kebudayaan_sebagai_peradaban">Kebudayaan sebagai peradaban</span></h3>Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan "budaya" yang dikembangkan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa" title="Eropa">Eropa</a> pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini merefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawan kata dari "<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alam" title="Alam">alam</a>". Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.<br />
<div class="thumb tleft"> <div class="thumbinner" style="width: 152px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Degas-_La_classe_de_danse_1874.jpg&filetimestamp=20060408034339"><img alt="" class="thumbimage" height="170" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d3/Degas-_La_classe_de_danse_1874.jpg/150px-Degas-_La_classe_de_danse_1874.jpg" width="150" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Degas-_La_classe_de_danse_1874.jpg&filetimestamp=20060408034339" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Artefak tentang "kebudayaan tingkat tinggi" (<i>High Culture</i>) oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Edgar_Degas" title="Edgar Degas">Edgar Degas</a>.</div></div></div>Pada prakteknya, kata <i>kebudayaan</i> merujuk pada benda-benda dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aktivitas&action=edit&redlink=1" title="Aktivitas (halaman belum tersedia)">aktivitas</a> yang "elit" seperti misalnya memakai <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Baju" title="Baju">baju</a> yang berkelas, <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seni" title="Seni">fine art</a></i>, atau mendengarkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musik_klasik" title="Musik klasik">musik klasik</a>, sementara kata <i>berkebudayaan</i> digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang "berkelas", elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah "berkebudayaan".<br />
Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya ada kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang "berkebudayaan" disebut sebagai orang yang "tidak berkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang lain." Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan lebih "alam," dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kebudayaan_tingkat_tinggi&action=edit&redlink=1" title="Kebudayaan tingkat tinggi (halaman belum tersedia)">kebudayaan tingkat tinggi</a> (<i>high culture</i>) untuk menekan pemikiran "<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Manusia_alami&action=edit&redlink=1" title="Manusia alami (halaman belum tersedia)">manusia alami</a>" (<i>human nature</i>)<br />
Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan dan tidak berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar manusia. Dalam hal ini, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musik_tradisional" title="Musik tradisional">musik tradisional</a> (yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan "jalan hidup yang alami" (<i>natural way of life</i>), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.<br />
Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam dan konsep <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Monadik&action=edit&redlink=1" title="Monadik (halaman belum tersedia)">monadik</a> yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap "tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama - masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kultur_populer&action=edit&redlink=1" title="Kultur populer (halaman belum tersedia)">kultur populer</a> (<i>popular culture</i>) atau <i>pop kultur</i>, yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.<br />
<h3 style="color: purple;"><span class="mw-headline" id="Kebudayaan_sebagai_.22sudut_pandang_umum.22">Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum"</span></h3>Selama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Romantisisme" title="Romantisisme">Era Romantis</a>, para cendekiawan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jerman" title="Jerman">Jerman</a>, khususnya mereka yang peduli terhadap gerakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme" title="Nasionalisme">nasionalisme</a> - seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jerman" title="Jerman">Jerman</a>, dan perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Austria-Hongaria" title="Austria-Hongaria">Kekaisaran Austria-Hongaria</a> - mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam "sudut pandang umum". Pemikiran ini menganggap suatu <strong class="selflink">budaya</strong> dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui adanya pemisahan antara "berkebudayaan" dengan "tidak berkebudayaan" atau kebudayaan "primitif."<br />
Pada akhir abad ke-19, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi" title="Antropologi">para ahli antropologi</a> telah memakai kata <i>kebudayaan</i> dengan definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Evolusi" title="Evolusi">evolusi</a>, mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.<br />
Pada tahun 50-an, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Subkebudayaan" title="Subkebudayaan">subkebudayaan</a> - kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda dari kebudayaan induknya - mulai dijadikan subyek penelitian oleh para ahli <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi" title="Sosiologi">sosiologi</a>. Pada abad ini pula, terjadi popularisasi ide <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kebudayaan_perusahaan&action=edit&redlink=1" title="Kebudayaan perusahaan (halaman belum tersedia)">kebudayaan perusahaan</a> - perbedaan dan bakat dalam konteks pekerja <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi" title="Organisasi">organisasi</a> atau tempat bekerja.<br />
<h3 style="color: purple;"><span class="mw-headline" id="Kebudayaan_sebagai_mekanisme_stabilisasi">Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi</span></h3>Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah <i>produk</i> dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tribalisme&action=edit&redlink=1" title="Tribalisme (halaman belum tersedia)">tribalisme</a>.<br />
<h2 style="color: purple;"><span class="mw-headline" id="Kebudayaan_di_antara_masyarakat">Kebudayaan di antara masyarakat</span></h2>Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sub-kebudayaan" title="Sub-kebudayaan">sub-kebudayaan</a> (atau biasa disebut <i>sub-kultur</i>), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena perbedaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Umur" title="Umur">umur</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ras" title="Ras">ras</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa" title="Suku bangsa">etnisitas</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelas_sosial" title="Kelas sosial">kelas</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Estetika" title="Estetika">aesthetik</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama" title="Agama">agama</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pekerjaan" title="Pekerjaan">pekerjaan</a>, pandangan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Politik" title="Politik">politik</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gender_%28sosial%29" title="Gender (sosial)">gender</a>,<br />
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.<br />
<ul><li><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Monokulturalisme" title="Monokulturalisme">Monokulturalisme</a>: Pemerintah mengusahakan terjadinya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asimilasi_%28sosial%29" title="Asimilasi (sosial)">asimilasi</a> kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.</li>
</ul><ul><li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Leitkultur&action=edit&redlink=1" title="Leitkultur (halaman belum tersedia)">Leitkultur</a> (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bassam_Tibi&action=edit&redlink=1" title="Bassam Tibi (halaman belum tersedia)">Bassam Tibi</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jerman" title="Jerman">Jerman</a>. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli.</li>
</ul><ul><li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Melting_Pot&action=edit&redlink=1" title="Melting Pot (halaman belum tersedia)">Melting Pot</a>: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.</li>
</ul><ul><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme" title="Multikulturalisme">Multikulturalisme</a>: Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk.</li>
</ul>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-34161162621206279752011-02-04T21:12:00.000-08:002011-02-04T21:12:06.776-08:00pengertian kebudayaan<div style="color: #674ea7;">Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah <i>Cultural-Determinism</i>.</div><div style="color: #674ea7;">Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai <i>superorganic</i>. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.</div><div style="color: #674ea7;">Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.</div><div style="color: #674ea7;">Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.</div><div style="color: #674ea7;">Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.</div>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-12910720738615150982011-02-04T20:43:00.000-08:002011-02-04T20:43:13.926-08:00Wujud kebudayaan daerah di Indonesia<div style="color: purple;">Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap saerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.</div><h3><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Rumah_adat" style="color: blue;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_rumah_adat_di_Indonesia&action=edit&redlink=1" title="Daftar rumah adat di Indonesia (halaman belum tersedia)">Rumah adat</a></span></h3><div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 202px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rumah_Gadang.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="150" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/fd/Rumah_Gadang.jpg/200px-Rumah_Gadang.jpg" width="200" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Rumah_Gadang.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div><span style="color: #674ea7;">Rumah gadang, rumah adat sumatera barat</span></div></div></div><ul style="color: #674ea7;"><li>Aceh: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rumoh_Aceh&action=edit&redlink=1" title="Rumoh Aceh (halaman belum tersedia)">Rumoh Aceh</a></li>
<li>Sumatera Barat : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Gadang" title="Rumah Gadang">Rumah Gadang</a></li>
<li>Sumatera Selatan : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rumah_Limas&action=edit&redlink=1" title="Rumah Limas (halaman belum tersedia)">Rumah Limas</a></li>
<li>Jawa : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Joglo" title="Joglo">Joglo</a></li>
<li>Papua : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Honai" title="Honai">Honai</a></li>
<li>Sulawesi Selatan : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tongkonang&action=edit&redlink=1" title="Tongkonang (halaman belum tersedia)">Tongkonang</a> (Tana Toraja), <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bola_Soba&action=edit&redlink=1" title="Bola Soba (halaman belum tersedia)">Bola Soba</a> (Bugis Bone), <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Balla_Lompoa&action=edit&redlink=1" title="Balla Lompoa (halaman belum tersedia)">Balla Lompoa</a> (Makassar Gowa)</li>
<li>Sulawesi Tenggara: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Istana_buton&action=edit&redlink=1" title="Istana buton (halaman belum tersedia)">Istana buton</a></li>
<li>Sulawesi Utara: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rumah_Panggung&action=edit&redlink=1" title="Rumah Panggung (halaman belum tersedia)">Rumah Panggung</a></li>
<li>Kalimantan Barat: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Betang" title="Rumah Betang">Rumah Betang</a></li>
<li>Nusa Tenggara Timur: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lopo&action=edit&redlink=1" title="Lopo (halaman belum tersedia)">Lopo</a></li>
<li>Maluku : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Balieu&action=edit&redlink=1" title="Balieu (halaman belum tersedia)">Balieu</a> (dari bahasa <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Portugis" title="Portugis">Portugis</a>)</li>
</ul><h3 style="color: #674ea7;"><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Tarian">Tarian</span></h3><div class="thumb tright" style="color: #674ea7;"> <div class="thumbinner" style="width: 302px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Pakar%C3%A9na_danseressen_van_het_eiland_Salayar_bij_Celebes_TMnr_10003452.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="213" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e0/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Pakar%C3%A9na_danseressen_van_het_eiland_Salayar_bij_Celebes_TMnr_10003452.jpg/300px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Pakar%C3%A9na_danseressen_van_het_eiland_Salayar_bij_Celebes_TMnr_10003452.jpg" width="300" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Pakar%C3%A9na_danseressen_van_het_eiland_Salayar_bij_Celebes_TMnr_10003452.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Tarian Pakarena di pulau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selayar" title="Selayar">Selayar</a> di masa <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda" title="Hindia Belanda">Hindia Belanda</a></div></div></div><ul style="color: #674ea7;"><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa">Jawa</a>: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bedaya&action=edit&redlink=1" title="Bedaya (halaman belum tersedia)">Bedaya</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kuda_Lumping&action=edit&redlink=1" title="Kuda Lumping (halaman belum tersedia)">Kuda Lumping</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Reog" title="Reog">Reog</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" title="Bali">Bali</a>: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kecak" title="Kecak">Kecak</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Barong" title="Barong">Barong</a>/ <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Barongan&action=edit&redlink=1" title="Barongan (halaman belum tersedia)">Barongan</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pendet" title="Pendet">Pendet</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku" title="Maluku">Maluku</a>: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cakalele&action=edit&redlink=1" title="Cakalele (halaman belum tersedia)">Cakalele</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Orlapei&action=edit&redlink=1" title="Orlapei (halaman belum tersedia)">Orlapei</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Katreji&action=edit&redlink=1" title="Katreji (halaman belum tersedia)">Katreji</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aceh" title="Aceh">Aceh</a>: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Saman" title="Saman">Saman</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seudati" title="Seudati">Seudati</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabau" title="Minangkabau">Minangkabau</a>: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Piring&action=edit&redlink=1" title="Tari Piring (halaman belum tersedia)">Tari Piring</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Payung&action=edit&redlink=1" title="Tari Payung (halaman belum tersedia)">Tari Payung</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Indang&action=edit&redlink=1" title="Tari Indang (halaman belum tersedia)">Tari Indang</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Randai&action=edit&redlink=1" title="Tari Randai (halaman belum tersedia)">Tari Randai</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Lilin&action=edit&redlink=1" title="Tari Lilin (halaman belum tersedia)">Tari Lilin</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Betawi" title="Betawi">Betawi</a>: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Yapong&action=edit&redlink=1" title="Yapong (halaman belum tersedia)">Yapong</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda" title="Sunda">Sunda</a>: <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jaipong" title="Jaipong">Jaipong</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Topeng" title="Tari Topeng">Tari Topeng</a></li>
</ul><div class="thumb tright" style="color: #674ea7;"> <div class="thumbinner" style="width: 202px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jaipongan.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="182" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/26/Jaipongan.jpg/200px-Jaipongan.jpg" width="200" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Jaipongan.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Tari jaipong, Tarian daerah Jawa Barat</div></div></div><ul style="color: #8e7cc3;"><li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Timor_NTT&action=edit&redlink=1" title="Timor NTT (halaman belum tersedia)">Timor NTT</a>: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Likurai&action=edit&redlink=1" title="Likurai (halaman belum tersedia)">Likurai</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bidu&action=edit&redlink=1" title="Bidu (halaman belum tersedia)">Bidu</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tebe&action=edit&redlink=1" title="Tebe (halaman belum tersedia)">Tebe</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bonet&action=edit&redlink=1" title="Bonet (halaman belum tersedia)">Bonet</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pado%27a&action=edit&redlink=1" title="Pado'a (halaman belum tersedia)">Pado'a</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rokatenda&action=edit&redlink=1" title="Rokatenda (halaman belum tersedia)">Rokatenda</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Caci" title="Caci">Caci</a></li>
<li><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batak_Toba" title="Batak Toba">Batak Toba</a> & <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Simalungun" title="Suku Simalungun">Suku Simalungun</a>: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tortor&action=edit&redlink=1" title="Tortor (halaman belum tersedia)">Tortor</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan" title="Sulawesi Selatan">Sulawesi Selatan</a>: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Pakkarena&action=edit&redlink=1" title="Tari Pakkarena (halaman belum tersedia)">Tari Pakkarena</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tarian_Anging_Mamiri&action=edit&redlink=1" title="Tarian Anging Mamiri (halaman belum tersedia)">Tarian Anging Mamiri</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Padduppa&action=edit&redlink=1" title="Tari Padduppa (halaman belum tersedia)">Tari Padduppa</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_4_Etnis&action=edit&redlink=1" title="Tari 4 Etnis (halaman belum tersedia)">Tari 4 Etnis</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah" title="Sulawesi Tengah">Sulawesi Tengah</a>: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dero&action=edit&redlink=1" title="Dero (halaman belum tersedia)">Dero</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pesisir_Sibolga/Tapteng&action=edit&redlink=1" title="Pesisir Sibolga/Tapteng (halaman belum tersedia)">Pesisir Sibolga/Tapteng</a>: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Sapu_Tangan&action=edit&redlink=1" title="Tari Sapu Tangan (halaman belum tersedia)">Tari Sapu Tangan</a> , <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Adok&action=edit&redlink=1" title="Tari Adok (halaman belum tersedia)">Tari Adok</a> , <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Anak&action=edit&redlink=1" title="Tari Anak (halaman belum tersedia)">Tari Anak</a> , <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Pahlawan&action=edit&redlink=1" title="Tari Pahlawan (halaman belum tersedia)">Tari Pahlawan</a> , <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Lagu_Duo&action=edit&redlink=1" title="Tari Lagu Duo (halaman belum tersedia)">Tari Lagu Duo</a> , <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Perak&action=edit&redlink=1" title="Tari Perak (halaman belum tersedia)">Tari Perak</a> , <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Payung&action=edit&redlink=1" title="Tari Payung (halaman belum tersedia)">Tari Payung</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Riau" title="Riau">Riau</a> : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Persembahan" title="Persembahan">Persembahan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Zapin" title="Zapin">Zapin</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rentak_Bulian&action=edit&redlink=1" title="Rentak Bulian (halaman belum tersedia)">Rentak Bulian</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Serampang_Dua_Belas&action=edit&redlink=1" title="Serampang Dua Belas (halaman belum tersedia)">Serampang Dua Belas</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung" title="Lampung">Lampung</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bedana&action=edit&redlink=1" title="Bedana (halaman belum tersedia)">Bedana</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sembah&action=edit&redlink=1" title="Sembah (halaman belum tersedia)">Sembah</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tayuhan&action=edit&redlink=1" title="Tayuhan (halaman belum tersedia)">Tayuhan</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sigegh&action=edit&redlink=1" title="Sigegh (halaman belum tersedia)">Sigegh</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Labu_Kayu&action=edit&redlink=1" title="Labu Kayu (halaman belum tersedia)">Labu Kayu</a></li>
<li><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Irian_Jaya" title="Irian Jaya">Irian Jaya</a>: ( <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Musyoh&action=edit&redlink=1" title="Musyoh (halaman belum tersedia)">Musyoh</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Selamat_Datang&action=edit&redlink=1" title="Selamat Datang (halaman belum tersedia)">Selamat Datang</a> )</li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nias" title="Nias">Nias</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Famaena&action=edit&redlink=1" title="Famaena (halaman belum tersedia)">Famaena</a></li>
</ul><h3><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Lagu" style="color: purple;">Lagu</span></h3><ul style="color: #cc0000;"><li style="color: #cc0000;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a>: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kicir-kicir&action=edit&redlink=1" title="Kicir-kicir (halaman belum tersedia)">Kicir-kicir</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jali-jali" title="Jali-jali">Jali-jali</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lenggang_Kangkung&action=edit&redlink=1" title="Lenggang Kangkung (halaman belum tersedia)">Lenggang Kangkung</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku" title="Maluku">Maluku</a> : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rasa_Sayang-sayange" title="Rasa Sayang-sayange">Rasa Sayang-sayange</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ayo_Mama&action=edit&redlink=1" title="Ayo Mama (halaman belum tersedia)">Ayo Mama</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Buka_Pintu&action=edit&redlink=1" title="Buka Pintu (halaman belum tersedia)">Buka Pintu</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Burung_Tantina&action=edit&redlink=1" title="Burung Tantina (halaman belum tersedia)">Burung Tantina</a>,<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Goro-Gorone&action=edit&redlink=1" title="Goro-Gorone (halaman belum tersedia)">Goro-Gorone</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Huhatee&action=edit&redlink=1" title="Huhatee (halaman belum tersedia)">Huhatee</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu" title="Melayu">Melayu</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Soleram&action=edit&redlink=1" title="Soleram (halaman belum tersedia)">Soleram</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tanjung_Katung&action=edit&redlink=1" title="Tanjung Katung (halaman belum tersedia)">Tanjung Katung</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabau" title="Minangkabau">Minangkabau</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kampuang_nan_Jauh_di_Mato&action=edit&redlink=1" title="Kampuang nan Jauh di Mato (halaman belum tersedia)">Kampuang nan Jauh di Mato</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kambanglah_Bungo&action=edit&redlink=1" title="Kambanglah Bungo (halaman belum tersedia)">Kambanglah Bungo</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Indang_Sungai_Garinggiang&action=edit&redlink=1" title="Indang Sungai Garinggiang (halaman belum tersedia)">Indang Sungai Garinggiang</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aceh" title="Aceh">Aceh</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bungong_Jeumpa&action=edit&redlink=1" title="Bungong Jeumpa (halaman belum tersedia)">Bungong Jeumpa</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan" title="Kalimantan Selatan">Kalimantan Selatan</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ampar-Ampar_Pisang&action=edit&redlink=1" title="Ampar-Ampar Pisang (halaman belum tersedia)">Ampar-Ampar Pisang</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur" title="Nusa Tenggara Timur">Nusa Tenggara Timur</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anak_Kambing_Saya&action=edit&redlink=1" title="Anak Kambing Saya (halaman belum tersedia)">Anak Kambing Saya</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Oras_Loro_Malirin&action=edit&redlink=1" title="Oras Loro Malirin (halaman belum tersedia)">Oras Loro Malirin</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sonbilo&action=edit&redlink=1" title="Sonbilo (halaman belum tersedia)">Sonbilo</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tebe_Onana&action=edit&redlink=1" title="Tebe Onana (halaman belum tersedia)">Tebe Onana</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ofalangga&action=edit&redlink=1" title="Ofalangga (halaman belum tersedia)">Ofalangga</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Do_Hawu&action=edit&redlink=1" title="Do Hawu (halaman belum tersedia)">Do Hawu</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bolelebo&action=edit&redlink=1" title="Bolelebo (halaman belum tersedia)">Bolelebo</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lewo_Ro_Piring_Sina&action=edit&redlink=1" title="Lewo Ro Piring Sina (halaman belum tersedia)">Lewo Ro Piring Sina</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bengu_Re_Le_Kaju&action=edit&redlink=1" title="Bengu Re Le Kaju (halaman belum tersedia)">Bengu Re Le Kaju</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aku_Retang&action=edit&redlink=1" title="Aku Retang (halaman belum tersedia)">Aku Retang</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gaila_Ruma_Radha&action=edit&redlink=1" title="Gaila Ruma Radha (halaman belum tersedia)">Gaila Ruma Radha</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Desaku&action=edit&redlink=1" title="Desaku (halaman belum tersedia)">Desaku</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan" title="Sulawesi Selatan">Sulawesi Selatan</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Angin_Mamiri&action=edit&redlink=1" title="Angin Mamiri (halaman belum tersedia)">Angin Mamiri</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara" title="Sumatera Utara">Sumatera Utara</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anju_Ahu&action=edit&redlink=1" title="Anju Ahu (halaman belum tersedia)">Anju Ahu</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bungo_Bangso&action=edit&redlink=1" title="Bungo Bangso (halaman belum tersedia)">Bungo Bangso</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cikala_Le_Pongpong&action=edit&redlink=1" title="Cikala Le Pongpong (halaman belum tersedia)">Cikala Le Pongpong</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bungo_Bangso&action=edit&redlink=1" title="Bungo Bangso (halaman belum tersedia)">Bungo Bangso</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Butet&action=edit&redlink=1" title="Butet (halaman belum tersedia)">Butet</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dago_Inang_Sarge&action=edit&redlink=1" title="Dago Inang Sarge (halaman belum tersedia)">Dago Inang Sarge</a>,</li>
<li style="color: #cc0000;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Papua/Irian_Barat&action=edit&redlink=1" title="Papua/Irian Barat (halaman belum tersedia)">Papua/Irian Barat</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Apuse&action=edit&redlink=1" title="Apuse (halaman belum tersedia)">Apuse</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat" title="Sumatera Barat">Sumatera Barat</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ayam_Den_Lapeh&action=edit&redlink=1" title="Ayam Den Lapeh (halaman belum tersedia)">Ayam Den Lapeh</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Barek_Solok&action=edit&redlink=1" title="Barek Solok (halaman belum tersedia)">Barek Solok</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dayung_Palinggam&action=edit&redlink=1" title="Dayung Palinggam (halaman belum tersedia)">Dayung Palinggam</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kambanglah_Bungo&action=edit&redlink=1" title="Kambanglah Bungo (halaman belum tersedia)">Kambanglah Bungo</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kampuang_Nan_Jauh_Di_Mato&action=edit&redlink=1" title="Kampuang Nan Jauh Di Mato (halaman belum tersedia)">Kampuang Nan Jauh Di Mato</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ka_Parak_Tingga&action=edit&redlink=1" title="Ka Parak Tingga (halaman belum tersedia)">Ka Parak Tingga</a>,</li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jambi" title="Jambi">Jambi</a>: <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batanghari" title="Batanghari">Batanghari</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat" title="Jawa Barat">Jawa Barat</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bubuy_Bulan&action=edit&redlink=1" title="Bubuy Bulan (halaman belum tersedia)">Bubuy Bulan</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cing_Cangkeling&action=edit&redlink=1" title="Cing Cangkeling (halaman belum tersedia)">Cing Cangkeling</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Es_Lilin&action=edit&redlink=1" title="Es Lilin (halaman belum tersedia)">Es Lilin</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Karatagan_Pahlawan&action=edit&redlink=1" title="Karatagan Pahlawan (halaman belum tersedia)">Karatagan Pahlawan</a>,</li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Barat" title="Kalimantan Barat">Kalimantan Barat</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cik-Cik_Periuk&action=edit&redlink=1" title="Cik-Cik Periuk (halaman belum tersedia)">Cik-Cik Periuk</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Selatan" title="Sumatera Selatan">Sumatera Selatan</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cuk_Mak_Ilang&action=edit&redlink=1" title="Cuk Mak Ilang (halaman belum tersedia)">Cuk Mak Ilang</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dek_Sangke&action=edit&redlink=1" title="Dek Sangke (halaman belum tersedia)">Dek Sangke</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gending_Sriwijaya" title="Gending Sriwijaya">Gending Sriwijaya</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabile-bile&action=edit&redlink=1" title="Kabile-bile (halaman belum tersedia)">Kabile-bile</a>,</li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banten" title="Banten">Banten</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dayung_Sampan&action=edit&redlink=1" title="Dayung Sampan (halaman belum tersedia)">Dayung Sampan</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Utara" title="Sulawesi Utara">Sulawesi Utara</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Esa_Mokan&action=edit&redlink=1" title="Esa Mokan (halaman belum tersedia)">Esa Mokan</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah" title="Jawa Tengah">Jawa Tengah</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gambang_Suling&action=edit&redlink=1" title="Gambang Suling (halaman belum tersedia)">Gambang Suling</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gek_Kepriye&action=edit&redlink=1" title="Gek Kepriye (halaman belum tersedia)">Gek Kepriye</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gundul_Pacul&action=edit&redlink=1" title="Gundul Pacul (halaman belum tersedia)">Gundul Pacul</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilir-ilir&action=edit&redlink=1" title="Ilir-ilir (halaman belum tersedia)">Ilir-ilir</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jamuran&action=edit&redlink=1" title="Jamuran (halaman belum tersedia)">Jamuran</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Barat" title="Nusa Tenggara Barat">Nusa Tenggara Barat</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Helele_U_Ala_De_Teang&action=edit&redlink=1" title="Helele U Ala De Teang (halaman belum tersedia)">Helele U Ala De Teang</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Timur" title="Kalimantan Timur">Kalimantan Timur</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Indung-Indung&action=edit&redlink=1" title="Indung-Indung (halaman belum tersedia)">Indung-Indung</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jambi" title="Jambi">Jambi</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Injit-Injit_Semut&action=edit&redlink=1" title="Injit-Injit Semut (halaman belum tersedia)">Injit-Injit Semut</a></li>
<li style="color: #cc0000;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Tengah" title="Kalimantan Tengah">Kalimantan Tengah</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kalayar&action=edit&redlink=1" title="Kalayar (halaman belum tersedia)">Kalayar</a></li>
<li>Karatagan Pahlawan (Jawa Barat)</li>
<li>Keraban Sape (Jawa Timur)</li>
<li>Keroncong Kemayoran (Jakarta)</li>
<li>Kole-Kole (Maluku)</li>
<li>Lalan Belek (Bengkulu)</li>
<li>Lembah Alas (Aceh)</li>
<li>Lisoi (Sumatera Utara)</li>
<li>Madekdek Magambiri (Sumatera Utara)</li>
<li>Malam Baiko (Sumatera Barat)</li>
<li>Mande-Mande (Maluku)</li>
<li>Manuk Dadali (Jawa Barat)</li>
<li>Ma Rencong (Sulawesi Selatan)</li>
<li>Mejangeran (Bali)</li>
<li>Mariam Tomong (Sumatera Utara)</li>
<li>Moree (Nusa Tenggara Barat)</li>
<li>Nasonang Dohita Nadua (Sumatera Utara)</li>
<li>O Ina Ni Keke (Sulawesi Utara)</li>
<li>Ole Sioh (Maluku)</li>
<li>Orlen-Orlen (Nusa Tenggara Barat)</li>
<li>O Ulate (Maluku)</li>
<li>Pai Mura Rame (Nusa Tenggara Barat)</li>
<li>Pakarena (Sulawesi Selatan)</li>
<li>Panon Hideung (Jawa Barat)</li>
<li>Paris Barantai (Kalimantan Selatan)</li>
<li>Peia Tawa-Tawa (Sulawesi Tenggara)</li>
<li>Peuyeum Bandung (Jawa Barat)</li>
<li>Pileuleuyan (Jawa Barat)</li>
<li>Pinang Muda (Jambi)</li>
<li>Piso Surit (Aceh)</li>
<li>Pitik Tukung (Yogyakarta)</li>
<li>Flobamora, Potong Bebek Angsa (Nusa Tenggara Timur)</li>
<li>Rambadia (Sumatera Utara)</li>
<li>Rang Talu (Sumatera Barat)</li>
<li>Rasa Sayang-Sayange (Maluku)</li>
<li>Ratu Anom (Bali)</li>
<li>Saputangan Bapuncu Ampat (Kalimantan Selatan)</li>
<li>Sarinande (Maluku)</li>
<li>Selendang Mayang (Jambi)</li>
<li>Sengko-Sengko (Sumatera Utara)</li>
<li>Siboga Tacinto (Sumatera Utara)</li>
<li>Sinanggar Tulo (Sumatera Utara)</li>
<li>Sing Sing So (Sumatera Utara)</li>
<li>Sinom (Yogyakarta)</li>
<li>Si Patokaan (Sulawesi Utara)</li>
<li>Sitara Tillo (Sulawesi Utara)</li>
<li>Soleram (Riau)</li>
<li>Surilang (Jakarta)</li>
<li>Suwe Ora Jamu (Yogyakarta)</li>
<li>Tanduk Majeng (Jawa Timur)</li>
<li>Tanase (Maluku)</li>
<li>Tapian Nauli (Sumatera Utara)</li>
<li>Tari Tanggai (Sumatera Selatan)</li>
<li>Tebe Onana (Nusa Tenggara Barat)</li>
<li>Te Kate Dipanah (Yogyakarta)</li>
<li>Tokecang (Jawa Barat)</li>
<li>Tondok Kadadingku (Sulawesi Tengah)</li>
<li>Tope Gugu (Sulawesi Tengah)</li>
<li>Tumpi Wayu (Kalimantan Tengah)</li>
<li>Tutu Koda (Nusa Tenggara Barat)</li>
<li>Terang Bulan (Jakarta)</li>
<li>Yamko Rambe Yamko (Papua)</li>
<li>Bapak Pucung (Jawa Tengah)</li>
<li>Yen Ing Tawang Ono Lintang (Jawa Tengah)</li>
<li>Stasiun Balapan, Didi Kempot (Jawa Tengah)</li>
<li>Anging Mamiri, Sulawesi Parasanganta (Sulawesi Selatan)</li>
<li>bulu londong, malluya, io-io, ma'pararuk (Sulawesi Barat)</li>
</ul><h3><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Musik">Musik</span></h3><ul style="color: #f1c232;"><li><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta" title="Jakarta">Jakarta</a>: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keroncong_Tugu&action=edit&redlink=1" title="Keroncong Tugu (halaman belum tersedia)">Keroncong Tugu</a>.</li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku" title="Maluku">Maluku</a> :</li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu" title="Melayu">Melayu</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hadrah&action=edit&redlink=1" title="Hadrah (halaman belum tersedia)">Hadrah</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Makyong&action=edit&redlink=1" title="Makyong (halaman belum tersedia)">Makyong</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ronggeng&action=edit&redlink=1" title="Ronggeng (halaman belum tersedia)">Ronggeng</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Minangkabau" title="Minangkabau">Minangkabau</a> :</li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aceh" title="Aceh">Aceh</a> :</li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Makassar" title="Makassar">Makassar</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gandrang_Bulo&action=edit&redlink=1" title="Gandrang Bulo (halaman belum tersedia)">Gandrang Bulo</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sinrilik&action=edit&redlink=1" title="Sinrilik (halaman belum tersedia)">Sinrilik</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pesisir_Sibolga/Tapteng&action=edit&redlink=1" title="Pesisir Sibolga/Tapteng (halaman belum tersedia)">Pesisir Sibolga/Tapteng</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sikambang&action=edit&redlink=1" title="Sikambang (halaman belum tersedia)">Sikambang</a></li>
</ul><h3><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Alat_musik">Alat musik</span></h3><div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Traditional_indonesian_instruments04.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="167" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7e/Traditional_indonesian_instruments04.jpg/250px-Traditional_indonesian_instruments04.jpg" width="250" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Traditional_indonesian_instruments04.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></div>Gamelan</div></div></div><ul><li>Jawa: [[Gamelan][kendang jawa]].</li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur" title="Nusa Tenggara Timur">Nusa Tenggara Timur</a>: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sasando" title="Sasando">Sasando</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gong_dan_Tambur&action=edit&redlink=1" title="Gong dan Tambur (halaman belum tersedia)">Gong dan Tambur</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Juk_Dawan&action=edit&redlink=1" title="Juk Dawan (halaman belum tersedia)">Juk Dawan</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gitar_Lio&action=edit&redlink=1" title="Gitar Lio (halaman belum tersedia)">Gitar Lio</a>.</li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gendang_Bali&action=edit&redlink=1" title="Gendang Bali (halaman belum tersedia)">Gendang Bali</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gendang_simalungun&action=edit&redlink=1" title="Gendang simalungun (halaman belum tersedia)">Gendang simalungun</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gendang_Melayu&action=edit&redlink=1" title="Gendang Melayu (halaman belum tersedia)">Gendang Melayu</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gandang_Tabuik&action=edit&redlink=1" title="Gandang Tabuik (halaman belum tersedia)">Gandang Tabuik</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sasando" title="Sasando">Sasando</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Talempong" title="Talempong">Talempong</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tifa&action=edit&redlink=1" title="Tifa (halaman belum tersedia)">Tifa</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Saluang" title="Saluang">Saluang</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rebana" title="Rebana">Rebana</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bende" title="Bende">Bende</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kenong" title="Kenong">Kenong</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keroncong" title="Keroncong">Keroncong</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Serunai" title="Serunai">Serunai</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jidor&action=edit&redlink=1" title="Jidor (halaman belum tersedia)">Jidor</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suling_Lembang&action=edit&redlink=1" title="Suling Lembang (halaman belum tersedia)">Suling Lembang</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suling_Sunda&action=edit&redlink=1" title="Suling Sunda (halaman belum tersedia)">Suling Sunda</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dermenan&action=edit&redlink=1" title="Dermenan (halaman belum tersedia)">Dermenan</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Saron" title="Saron">Saron</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kecapi" title="Kecapi">Kecapi</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bonang&action=edit&redlink=1" title="Bonang (halaman belum tersedia)">Bonang</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kendang_Jawa&action=edit&redlink=1" title="Kendang Jawa (halaman belum tersedia)">Kendang Jawa</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Angklung" title="Angklung">Angklung</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Calung" title="Calung">Calung</a></li>
<li><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kulintang" title="Kulintang">Kulintang</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gong_Kemada&action=edit&redlink=1" title="Gong Kemada (halaman belum tersedia)">Gong Kemada</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gong_Lambus&action=edit&redlink=1" title="Gong Lambus (halaman belum tersedia)">Gong Lambus</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rebab" title="Rebab">Rebab</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tanggetong&action=edit&redlink=1" title="Tanggetong (halaman belum tersedia)">Tanggetong</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gondang_Batak&action=edit&redlink=1" title="Gondang Batak (halaman belum tersedia)">Gondang Batak</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kecapi,_kesok-Kesok_Bugis-makassar&action=edit&redlink=1" title="Kecapi, kesok-Kesok Bugis-makassar (halaman belum tersedia)">Kecapi, kesok-Kesok Bugis-makassar</a>, dan sebagainya</li>
</ul><h3><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Gambar">Gambar</span></h3><ul><li>Jawa: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang" title="Wayang">Wayang</a>.</li>
<li>Tortor: <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batak" title="Batak">Batak</a></li>
</ul><h3><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Patung">Patung</span></h3><ul><li>Jawa: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patung_Buto&action=edit&redlink=1" title="Patung Buto (halaman belum tersedia)">Patung Buto</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patung_Budha&action=edit&redlink=1" title="Patung Budha (halaman belum tersedia)">patung Budha</a>.</li>
<li>Bali: Garuda.</li>
<li><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Irian_Jaya" title="Irian Jaya">Irian Jaya</a>: Asmat.</li>
</ul><h3><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Pakaian">Pakaian</span></h3><ul><li>Jawa: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batik" title="Batik">Batik</a>.</li>
<li><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra_Utara" title="Sumatra Utara">Sumatra Utara</a>: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ulos" title="Ulos">Ulos</a>, Suri-suri, Gotong.</li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sumatra_Utara,_Sibolga&action=edit&redlink=1" title="Sumatra Utara, Sibolga (halaman belum tersedia)">Sumatra Utara, Sibolga</a>: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anak_Daro_%26_Marapule&action=edit&redlink=1" title="Anak Daro & Marapule (halaman belum tersedia)">Anak Daro & Marapule</a>.</li>
<li><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra_Barat" title="Sumatra Barat">Sumatra Barat</a>/ <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu" title="Melayu">Melayu</a>:</li>
<li>sumatra selatan<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Songket" title="Songket">Songket</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung" title="Lampung">Lampung</a> : <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tapis&action=edit&redlink=1" title="Tapis (halaman belum tersedia)">Tapis</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sasiringan&action=edit&redlink=1" title="Sasiringan (halaman belum tersedia)">Sasiringan</a></li>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tenun_Ikat&action=edit&redlink=1" title="Tenun Ikat (halaman belum tersedia)">Tenun Ikat</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur" title="Nusa Tenggara Timur">Nusa Tenggara Timur</a></li>
<li>Bugis - Makassar<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Baju_Bodo_dan_Jas_Tutup&action=edit&redlink=1" title="Baju Bodo dan Jas Tutup (halaman belum tersedia)">Baju Bodo dan Jas Tutup</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Baju_La%27bu&action=edit&redlink=1" title="Baju La'bu (halaman belum tersedia)">Baju La'bu</a></li>
</ul><h3><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Suara">Suara</span></h3><ul><li>Jawa: <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sinden" title="Sinden">Sinden</a>.</li>
<li>Sumatra: Tukang cerita.</li>
<li>Talibun : (Sibolga, Sumatera Utara)</li>
</ul><h3><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Sastra.2Ftulisan">Sastra/tulisan</span></h3><ul><li>Jawa: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Babad_Tanah_Jawa&action=edit&redlink=1" title="Babad Tanah Jawa (halaman belum tersedia)">Babad Tanah Jawa</a>, karya-karya <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ronggowarsito" title="Ronggowarsito">Ronggowarsito</a>.</li>
<li>Bali: karya tulis di atas Lontar.</li>
<li>Sumatra bagian timur (Melayu): <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hang_Tuah" title="Hang Tuah">Hang Tuah</a></li>
<li>Sulawesi Selatan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Naskah_Tua_Lontara&action=edit&redlink=1" title="Naskah Tua Lontara (halaman belum tersedia)">Naskah Tua Lontara</a></li>
<li>Timor <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ai_Babelen&action=edit&redlink=1" title="Ai Babelen (halaman belum tersedia)">Ai Babelen</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ai_Kanoik&action=edit&redlink=1" title="Ai Kanoik (halaman belum tersedia)">Ai Kanoik</a></li>
</ul>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8746589648638356845.post-35066424342936855852011-01-28T22:11:00.000-08:002011-01-28T22:11:48.848-08:00macam macam budaya<div style="text-align: left;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><strong>Teknologi</strong></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Teknologi adalah semua hal yang diciptakan manusia sebagai alat untuk mempermudah kehidupan. Kebudayaan teknologi yang dimaksud adalah budaya <a href="http://www.anneahira.com/masyarakat-dan-kebudayaan.htm" title="masyarakat dan kebudayaan">masyarakat</a> dalam menemukan beberapa hal penting sebagai penunjang hidup. Macam-macam budaya teknologi adalah:</span></div><ul><li><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><strong><em>Senjata</em></strong><br />
<br />
Senjata adalah teknologi ciptaan manusia yang berfungsi untuk melukai, digunakan baik dalam hal menyerang ataupun melindungi diri dari ancaman. Di Indonesia sendiri, tiap daerahnya punya senjata dengan ciri khas bentuk masing-masing. Misalnya, rencong dari Aceh, <a href="http://www.anneahira.com/keris.htm" title="keris">keris dari Jawa Tengah</a>, atau Mandau dari Kalimantan.</span></li>
</ul><ul><li><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: x-small;"><strong><em>Pakaian</em></strong></span><span style="font-size: x-small;"> </span></span></li>
</ul><div style="padding-left: 30px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: x-small;">Pakaian merupakan salah satu teknologi ciptaan manusia yang berfungsi menutup atau melindungi tubuh. Setiap daerah di Indonesia punya <a href="http://www.anneahira.com/baju-adat-banten.htm" title="baju adat banten">pakaian adat</a> yang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Contoh macam-macam budaya pakaian adalah baju bodo dari Sulawesi atau kebaya dari Jawa.</span><span style="font-size: x-small;"> </span></span></div><div style="padding-left: 30px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Tak hanya pakaian itu sendiri, Indonesia memiliki beragam kain unik yang menjadi bahan utama pakaian. Misalnya saja kain <a href="http://www.anneahira.com/batik-tasikmalaya.htm" title="batik tasikmalaya">batik</a> atau kain songket, semua kain memiliki corak dan cara pembuatan yang berbeda-beda. Hendaknya kita melestarikan budaya yang satu ini agar tak semakin tenggelam.</span></div><ul><li><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><strong><em>Sistem transportasi</em></strong></span></li>
</ul><div style="padding-left: 30px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Teknologi yang satu ini diciptakan untuk memudahkan manusia untuk mencapai suatu tempat tujuan dengan lebih mudah. Di Indonesia ada beberapa <a href="http://www.anneahira.com/kereta-api.htm" title="Kereta Api">kendaraan</a> khas, misalnya perahu pinisi dan andong/dokar yang menggunakan tenaga kuda.</span></div><ul><li><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><em><strong>Rumah/bangunan</strong></em></span></li>
</ul><div style="padding-left: 30px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Indonesia memiliki begitu banyak rumah adat dengan ciri khas masing-masing daerah. Macam-macam budaya rumah adat misalnya rumah joglo dari Jawa, rumah gadang dari <a href="http://www.anneahira.com/kesenian-sumatera-barat.htm" title="kesenian sumatera barat">Sumatera Barat</a>, atau tongkonan dari Sulawesi Selatan. Itu hanyalah sebagian contoh, dan masih banyak rumah-rumah adat yang lainnya di Indonesia yang digunakan sebagai tempat tinggal.</span></div><br />
<div style="text-align: left;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><strong>Kesenian</strong></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Budaya Indonesia tak lepas dari aspek <a href="http://www.anneahira.com/kesenian-suku-jawa.htm" title="kesenian suku jawa">kesenian daerah</a>. Kesenian itu sendiri adalah ekspresi manusia yang bisa dinikmati oleh mata dan telinga. Di Indonesia, ada bermacam-macam kesenian, berikut contohnya :</span></div><ul><li><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Sastra (bahasa)</span></li>
</ul><div style="padding-left: 30px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: x-small;">Bahasa adalah alat <a href="http://www.anneahira.com/kasus-komunikasi.htm" title="kasus komunikasi">komunikasi</a> manusia. Di Indonesia, kita bisa menemukan macam-macam budaya bahasa, seperti bahasa Jawa, bahasa Bali, dan masih banyak lagi. Semua memiliki pengucapan yang berbeda-beda dan disatukan oleh bahasa nasional Indonesia.</span></span></div><div style="padding-left: 30px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Seni sastra juga mencakup cerita atau <a href="http://www.anneahira.com/cerita-dongeng-rakyat.htm" title="cerita dongeng rakyat">dongeng rakyat</a>, biasanya berkaitan erat dengan asal-usul suatu daerah atau cerita kerajaan zaman dahulu. Misalnya cerita Tangkuban Perahu, Timun Mas, atau cerita Malin Kundang yang sangat sarat akan pesan moral.</span></div><ul><li><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Lagu</span></li>
</ul><div style="padding-left: 30px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Pernah dengar lagu Apuse? Ampar-Ampar Pisang atau Cing Cangkeling? Semua lagu-lagu dengan bahasa daerah itu merupakan budaya kesenian yang melekat hampir di seluruh penduduk Indonesia.</span></div><ul><li><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Tarian</span></li>
</ul><div style="padding-left: 30px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Di berbagai daerah, terdapat kesenian berupa <a href="http://www.anneahira.com/tarian-piring.htm" title="tarian piring">tari-tarian</a> sebagai wujud ekspresi manusia terhadap berbagai hal. Misalnya terhadap perang, penyambutan tamu, atau rasa syukur saat panen tiba. Contoh macam-macam budaya tari adalah tari saman dari Aceh, tari pendet dari Bali, atau tari lulo dari Sulawesi Tenggara.</span></div><br />
<ul><li><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: x-small;">Alat musik</span></span></li>
</ul><div style="padding-left: 30px;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Lagu dan tarian tak akan lengkap tanpa musik. Di Indonesia, musik-musik daerah dimainkan oleh beragam alat musik yang memiliki suara indah. Contohnya adalah <a href="http://www.anneahira.com/sejarah-alat-musik-angklung-4304.htm" title="sejarah alat musik angklung">angklung</a> yang terbuat dari bambu, gamelan yang dibuat dari besi, atau sasando yang merupakan alat musik petik dengan suara indah.</span></div>vindy gokilhttp://www.blogger.com/profile/05589064015209746301noreply@blogger.com0